Selasa, 01 September 2015

sifat kayu



SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu.  Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya.  Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.  Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.  Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.  Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda.  Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
  1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
  2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
  3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
  4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Sifat Fisik Kayu
  1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya.  Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.  Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).  Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
  1. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu.  Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
  1. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
  1. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
  1. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.  Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
  1. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll).  Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
  1. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka.  Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
  1. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
  1. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.  Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
  1. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
    1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
    2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.  Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
  2. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
  1. Daya Hantar Listrik
  2. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik.  Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.  Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh  dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
  1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
    1.             Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
    2. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.  Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
  1. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
    1. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
    2. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
  1. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya.  Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
    1. Keteguhan geser sejajar arah serat
    2. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
    3. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.
  1. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
    1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
    2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
  1. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
  1. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
  1. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
  1. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu.  Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
    1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
    2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan.  Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :
  1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis :        kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.
Jenis kayu :       balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.
  1. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
Jenis kayu :       meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
  1.             Veneer mewah
Persyaratan teknis :        disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
Jenis kayu :       jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang.
  1. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis :        berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu :       jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
  1. Lantai (parket)
Persyaratan teknis :        keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu :       balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
  1. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis :        kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu :       balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.
  1. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis :        kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu :       agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.
  1. Alat Musik
Persyaratan teknis :        tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu :       cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
  1. Alat Gambar
Persyaratan teknis :        ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu :       jelutung, melur, pulai, pinus.
  1. Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis :        tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
Jenis kayu :       balau, bangkirai, jati, pasang.
  1. Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis :        kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu :       balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
  1. Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis :        serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap.
Jenis kayu :       jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
  1. Korek Api
Persyaratan teknis :        sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu :       agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.
  1. Pensil
Persyaratan teknis :        BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu :       agathis, jelutung, melur, pinus.
  1. Moulding
Persyaratan teknis :       ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu :       jelutung, pulai ramin, meranti dll.
  1. Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis :        tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu :       ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis :        kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu :       bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis :        kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu :       bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis :        tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
Jenis kayu :       bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis :        ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.
Jenis kayu :       kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis :        liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu :       nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis :        ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
Jenis kayu :       waru, salimuli, jati.
  1. Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis :        BJ tinggi.
Jenis kayu :       bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
Penutup
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.  Diharapkan dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan (jenis-jenis yang belum dikenal umum) akan semakin meningkat.


STRUKTUR KAYU
ASPEK PENGAWETAN KAYU A. Keawetan Kayu Salah satu kekurangan kayu adalah dapat dirusak oleh organisme hidup. seperti jamur, serangga, dan binatang laut yang hidup merombak komponen utama pembentuk kayu seperti lignin dan selulosa, serta menurunkan kekuatan kayu. Mereka menggerek kayu sebagai makanan maupun tempat tinggal. Usia pakai kayu tergantung kepada kelas awet kayu terhadap faktor perusak. Keawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak kayu dari golongan biologis. Keawertan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak. Dalam hal ini tiap jenis kayu mempunyai zat ekstrakrtif yang berlainan, sehingga mengakibatkan ketahanan kayu terhadap faktor perusak juga berlainan. Pada umumnya kayu gubal mempunyai keawetan yang lebih rendah dibanding kayu teras, karena kayu gubal tidak mengandung zat ekstraktif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keawetan kayu berbeda-beda tergantung pada jenis organisme yang menyerangnya. Jadi kayu memiliki keawetan secara khusus terhadap organisme tertentu. Ketahanan kayu terhadap berbagai organisme perusak kayu berbeda-beda, dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia yang melekat pada kayu yang bersangkutan, jenis organisme yang menyerang, dan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan organisme perusak. B. Keterawetan Kayu Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh bahan pengawet, sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomi menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu. Keterawetan kayu sangat bervariasi; kayu gubal mempunyai keterawetan yang lebih tinggi Karena bagian ini sebelumnya berfungsi sebagi penyalur air dari akar ke daun, sedangkan kayu teras mempunyai sifat keterawetan yang kurang baik, karena terbentuknya tylosis serta deposit-deposit lainnya yang menutupi sel-sel kayu. Jika kayu tidak awet dipakai untuk perumahan dan gedung maka usia pakainya akan pendek, sehingga harus menggantinya dengan kayu yang baru. Akibatnya konsumsi kayu sering melebihi kecepatan pertumbuhan pohon, dan menyebabkan menyusutnya persediaan sumberdaya hutan kayu yang makin lama terancam habis. Supaya kayu yang berkelas awet III, IV, dan V dapat digunakan dengan baik dan lebih awet sebaiknya diawetkan terlebih dahulu dengan cara pengawetan kayu. Pengawetan kayu adalah proses memasukkan bahan kimia beracun atau bahan pengawet ke dalam kayu untuk meningkatkan kelas awet suatu jenis kayu. Pemberian bahan pengawet ke dalam kayu tidak awet, diharapkan dapat memperpanjang usia pakai kayu, minimal sama dengan usia pakai kayu kelas awet I yang tidak diawetkan. Bahan pengawet adalah bahan-bahan kimia yang apabila dimasukan ke dalam kayu akan menyebabkan kayu menjadi tahan terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu golongan biologis. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, bahan pengawet kayu dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu bahan pengawet berupa minyak, bahan pengawet larut minyak, dan bahan pengawet larut air. Dalam prakteknya yang dimaksud pengawetan kayu adalah perlakuan- perlakuan kimia. Ada empat faktor penting yang senantiasa diperhatikan dalam prose pengawetan kayu, yaitu: (1) Kondisi kayu yang diawetkan, (2) Bahan Pengawet, (3) Cara pengawetan, (4) Perlakuan setelah pengawetan. Keempat faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pengawetan baik, secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan. Efektifitas bahan pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh metode pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Besarnya absorbsi dan penetrasi yang bisa dicapai ditentukan oleh: (1) Struktur anatomi kayu, (2) Persiapan kayu sebelum diawetkan, (3) Metode pengawetan, dan (4) Jenis dan konsentrasi bahan pengawet. Menurut Barly dkk. (1995) dalam Djarwanto dan Abdurrahim (2000), paling tidak ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap sifat mudah tidaknya kayu diawetkan atau lebih dikenal dengan sifat keterawetan kayu, yaitu: (1) jenis kayu yang ditandai sifat yang melekat pada kayu seperti struktur anatomi, permeabilitas, kerapatan, dan sebagainya, (2) keadaan kayu pada waktu diawetkan, seperti bentuk kayu, gubal/teras, kadar air, dan sebagainya (3) metode pengawetan yang diterapkan, dan (4) sifat bahan pengawet yang dipakai. C. Organisme Perusak Kayu Kayu yang berkeawetan alami rendah, mudah diserang oleh organisme perusak kayu berupa jamur, serangga dan binatang laut, tetapi akibat yang ditimbulkan oleh organisme tersebut terhadap kayu tidak sama di setiap lokasi. Pada bagian bangunan yang selalu lembab lebih banyak ditemukan serangan jamur daripada serangan serangga, dan serangan setiap jenis serangga berbeda pada setiap lokasi. Lingkungan hidup disekitarnya sangat berpengaruh terhadap kesinambungan hidup organisme. Atas dasar kenyataan tersebut penanggulangan organisme perusak kayu harus disesuaikan dengan kondisi serangan yang terdapat pada lokasi kayu dipasang dan atas dasar pengetahuan hubungan antar organisme perusak kayu dengan lingkungannya tersebut, mungkin dapat ditrerapkan metode pengawetan yang sesuai, sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dengan biaya lebih kecil. Secara garis besar, faktor penyebab kerusakan kayu dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor biologis (hidup) dan faktor non biologis (mati). 1. Faktor Biologis a. Cendawan (Jamur) Cendawan atau lebih populer jamur adalah golongan tanaman tingkat rendah yang tidak mempunyai klorofil (zat hijau daun). Karena tidak berklorofil maka jamur tidak dapat memproduksi makanan sendiri. Oleh karena itu untuk kelangsungan hidupnya jamur menumpang pada mahluk hidup lain. b. Serangga Perusak Kayu Kerusakan kayu oleh serangga terutama disebabkan oleh jenis rayap dan kumbang bubuk. Serangan dapat terjadi pada pohon yang masih berdiri, kayu bulat yang sudah ditebang, kayu gergajian, dan produk peralatan dari kayu di dalam penyimpanan maupun dalam pemakaian. Serangan ditandai dengan adanya lubang-lubang atau gerekan menyerupai saluran di permukaan kayu. Akibatnya penampilan kayu kurang menarik dan kekuatannya menjadi menurun. 2. Faktor Non biologis 1. Cuaca Permukaan kayu yang berhubungan langsung dengan kondisi lingkungan luar tanpa adanya perlindungan atau pelapisan bagian luar seperti cat dan vernis dapat mengalami kerusakan. Kerusakan itu biasanya disebut pelapukan. 2. Api Api merupakan salah satu faktor nonbiotik, yang juga banyak menyebabkan kerusakn kayu. Sifat mudah terbakar adalah hambatan utama dalam penggunannya sebagai bahan bangunan. Kenyataan telah membuktikan bahwa kayu adalah bahan bangunan primer yang akan terbakar dan menyala pada suhu bakarnya. Karena itu, penggunaan kayu secara luas dan tanpa adanya batas (sekat) dalam pembuatan konstruksi gedung atau bangunan lainnya perlu dihindari. Sebab-sebab terbakarnya kayu yang tidak dilindungi pada suhu rendah oleh sumber kebakaran tergantung pada spesiesnya, tetapi lebih ditentukan oleh faktor seperti derajat kekeringan, suhu dari sumber panas, lamanya kena panas, ukuran dan bentuk kayu, serta detail dari konstruksi. D. Pengawetan kayu Pengawetan kayu merupakan suatu cara untuk meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan faktor biologis penyebab kerusakan kayu. Caranya adalah dengan memasukan bahan kimia beracun ke dalam kayu, yang mengganggu kehidupan biologi tersebut sehingga kayu menjadi kebal terhadap serangan organisme dan usia pakainya menjadi lebih lama dari sebelum diawetkan. Jenis bahan pengawet yang beredar di pasaran ada berbagai macam, sehinga dalam memilih bahan pengawet harus diperhatikan beberapa hal antara lain: efikasi kayu terhadap organisme perusak, cara pengawetan yang akan dilakukan, ketahanan melekat di kayu, sifat korositas, aman terhadap manusia dan hewan ternak serta lingkungan, mudah penanganan dan harganya murah. Cara pengawetan kayu berpengaruh terhadap hasil pengawetan kayu. Secara umum pengawetan kayu dibagi ke dalam dua cara yaitu cara pengawetan dengan tekanan dan tanpa tekanan. Cara pengawetan dengan tekanan menggunakan peralatan tertutup seperti tangki yang mampu menahan tekanan tertentu, seperti cara pengawetan secara sel penuh. Cara pengawetan tanpa pengawetan dapat dilakukan dengan perendaman, difusi dan pelaburan. Cara pengawetan dengan tekanan hasilnya biasanya lebih baik dari tanpa tekanan, akan tetapi biaya dan peralatan yang digunakan lebih mahal. Cara ini cocok dilakukan untuk mengawetkan kayu yang dalam pemakaiannya memilki resiko kerusakan tinggi seperti bantalan kerta api, kayu dermaga, tiang listrik, menara pendingin, pemakaian lain yang berhubungan langsung dengan tanah, serta untuk mengawetkan kayu yang sulit ditembus bahan pengawet terutama bahan pengawet yang tidak mudah luntur. Cara pengawetan tanpa tekanan pada umunya hasilnya kurang begitu baik dibandingkan dengan cara tekanan karena penembusannya lebih rendah namun masih dapat memenuhi syarat yang baik retensi maupun penembusan tergantungan tujuan pemakaian. Keberhasilan suatu bahan pengawetan kayu diukur berdasarkan besarnya retensi dan penetrasi bahan aktif pengawet di dalam kayu yang diawetkan. Jenis-jenis kayu disusun berdasarkan nama perdagangan ------------------------------------------------------------------------------------------- | No.| Nama Perdagangan/Trade Name | Nama Botani/Botanical name | Suku/Family | ------------------------------------------------------------------------------------------- | 1.| Agathis/Damar putih | Agathis alba Foxw. |Araucariaceae | | 2 | Damar pilau | Agathis borneensis Warb. |Araucariaceae | | 3.| Akasia/Pilang | Acacia leucophloea Willd. |Mimosaceae | | 4.| Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae | | 5.| Ambacang/Binjai | Mangifera caesia Jack. |Anacardiaceae | | 6.| Ampupu | Eucalyptus alba R. |Myrtaceae | | 7.| Andalas | Morus macroura Miq. |Moraceae | | 8.| Anggerit | Neonauclea lanceolata Merr. |Rubiaceae | | 9.| Anggerung besar | Trema orientalis Bl. |Ulmaceae | | 10.| Angsana kembang/Linggua | Pterocarpus indicus Willd. |Papilionaceae | | 11.| Angsana keling/Sono keling | Dalbergia sissoides Grah. |Papilionaceae | | 12.| Api-api | Avicennia spp. |Verbenaceae | | 13.| Ara | Ficus indica L. |Moraceae | | 14.| Ares/Benuang laki/Takir | Duabanga moluccana Bl. B. |Sonneratiaceae | | 15.| Aro/Kiyara koneng | Ficus annulata Bl. |Moraceae | | 16.| Aser/Kayu dada putih | Acer niveum Bl. |Aceraceae | | 17.| Babi k. | Crypteronia spp. |Cryteroniaceae | | 18.| Bakalaung | Maducha spp. |Sapotaceae | | 19.| Bakau | Rhizophora spp. |Rhizophoraceae | | 20.| Balau | Hopea spp. |Dipterocarpaceae | | 21 | Balau penyau | Upunan borneensis Sym. |Dipterocarpaceae | | 22.| Balau merah/Benuas | Shorea kunstleri King. |Dipterocarpaceae | | 23.| Balam | Payena spp. |Sapotaceae | | 24.| Balam lengiao | Knema spp. |Myristiaceae | | 25.| Balsa | Ochroma spp. |Bombaceae | | 26.| Banen k. | Crypteronia spp. |Crypteroniaceae | | 27.| Bangku/Ketiau | Ganua motleyana Pierre. |Sapotaceae | | 28.| Banteng k./Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae | | 29.| Bangkirai | Shorea laevifolia Endert. |Dipterocarpaceae | | 30.| Bangkong k./Bancet | Turpinia sphaerocarpa Hassk. |Staphyleaceae | | 31.| Baniran/Menteng monyet | Neoscortechinia kingii Hoffm. |Euphorbiaceae | | 32.| Banio/Meranti merkujang | Shorea leptocladus Sym. |Dipterocarpaceae | | 33.| Balok | Vitex spp. |Verbenaceae | | 34.| Banitan/Kayu bulan | Polythia glauca Boerl. |Annonaceae | | 35.| Baros | Manglietia glauca Boerl. |Magnoliaceae | | 36.| Batu k./Delingsem | Homalium spp. |Flacounteaceae | | 37.| Bawang k./Surian bawang | Melia exelsa Jack. |Meliaceae | | 38 | Mimba | Azadinachta indica A.Juss. |Meliaceae | | 39 | Mindi | Melia azedarach Lin. |Meliaceae | | 40.| Bawang hutan k./Kulim | Scorodocarpus borneensis Becc. |Olacaceae | | 41.| Bawai | Parasianthes minahasae |Mimosaceae | | 42.| Bayur | Pterospermum spp. |Sterculiaceae | | 43.| Bias/Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae | | 44.| Bedaru/Daru-daru | Cantleya corniculata Howard. |Icacinaceae | | 45.| Belangiran | Shorea belangeran Burck. |Dipterocarpaceae | | 46.| Belian/Ulin | Eusideroxylon zwageri T.et.B |Lauraceae | | 47.| Bengkal puri | Neonauclea orientalis L. |Rubiaceae | | 48.| Bengkal udang | Neonauclea subdita Merr. |Rubiaceae | | 49.| Benua | Macaranga spp. |Euphorbiaceae | | 50.| Beruas | Garcinia celebica L. |Guttiferae | | 51.| Benuas | Shorea laevifolia Endert. |Dipterocarpaceae | | 52.| Benuas lebar daun | Shorea kunstleri King. |Dipterocarpaceae | | 53.| Bengang | Neesia spp. |Bombaceae | | 54.| Bentaos | Wrightia spp. |Apocynaceae | | 55.| Bentawas | Wrightia spp. |Apocynaceae | | 56.| Berangan pagar anak | Castanopsis acuminatissima A.Dc. |Fagaceae | | 57.| Berangan saninten | Castanopsis argentea A.Dc. |Fagaceae | | 58.| Berangan eha | Castanopsis buruana Miq. |Fagaceae | | 59.| Berangan gundul | Castanopsis sumatrana A.DC. |Fagaceae | | 60.| Berumbung/Lasi | Adina fagifolia Val. |Rubiaceae | | 61.| Besi k./Belian/Ulin | Eusideroxylon zwageri T.et.B |Lauraceae | | 62.| Binuang | Octomeles sumatrana Miq. |Daticaceae | | 63.| Binuang laki | Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae | | 64.| Binong | Tetrameles nudiflora R.Br. |Daticaceae | | 65.| Bintangur | Calophyllum spp. |Guttiferae | | 66.| Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae | | 67.| Bipa k./Keresak bulu | Pterygota forbesii F.V. Muell. |Sterculiaceae | | 68.| Bitis k. | Palaquium ridleyi K.et.G |Sapotaceae | | 69.| Bowoi | Parasianthes minahassae |Mimosaceae | | 70.| Boboy | Parasianthes minahassae |Mimosaceae | | 71.| Bogang | Neesia spp. |Bombaceae | | 72.| Bogem/Perepat laut | Sonneratia alba Smith. |Sonneratiaceae | | 73.| Bogin/Bongin/Pauh kijang | Irvingin malayana Oliv. |Simarubaceae | | 74.| Buah k. | Crypteronia spp. |Cryptenoniaceae | | 75.| Bugis k. | Koordersiodendron pinnatum Merr. |Anacardiaceae | | 76.| Buluh/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae | | 77.| Bulan k. | Endospermum spp. |Euphorbiaceae | | | | Xanthophylum spp. |- | | 78.| Bungur | Lagerstoemia spp. |Lythraceae | | 79.| Butun | Barringtonia app. |Lecythidaceae | | 80.| Buta-buta | Excoecaria agallocha L. |Euphorbiaceae | | 81.| Candu k. | Fraxinus griffithii Olarke. |Olaceae | | 82.| Cangcaratan | Neonauclea calycina Merr. |Rubiaceae | | 83.| Copot | Camnosperma spp. |Anacardiaceae | | 84.| Camantan/Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae | | 85.| Cemara laut | Casuarina equsetifolia Forst |Casuarinaceae | | 86.| Cemara gunung | Casuarina junghuhniana Miq. |Casuarinaceae | | 87.| Cempaga/Teki | Dysoxylum spp. |Meliaceae | | 88.| Cempaka hutan | Elmerrilla ovalis Dandy. |Magnoliaceae | | 89 | Manglid | Michelia velutina Bl. |Magnoliaceae | | 90.| Cempaka/Wasian | Elmerrilla celebica Dandy. |Magnoliaceae | | 91.| Cengal | Hopea sangal Korth. |Dipterocarpaceae | | 92.| Cendana | Santalum album Lann. |Santalaceae | | 93.| Cange/Cingo/Kitenjo | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae | | 94.| Cina k./Sampinur/Melur | Dacrydium elatum Wall. |Podocarpaceae | | 95.| Cingo/Cenge | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae | | 96.| Coromandel/Kayu hitam | Diospyros celebica Bakh. |Ebenaceae | | 97.| Dahu | Dracontomelon dao Merr et.Polfe. |Anacardiaceae | | 98.| Damar malili | Agathis hammii M.Dr. |Araucariceae | | 99.| Damar merah | Agathis loranthifolia Salisb. |Araucariceae | |100.| Damar daging | Agathis beccarii Warb. |Araucariceae | |101.| Damar putih/Agathis | Agathis alba Foxw. |Araucariceae | |102.| Damar buah | Shorea gibbosa Brandis. |Dipterocarpaceae | |103.| Damar kedontang | Shorea bracteolata Dyer. |Dipterocarpaceae | |104.| Damar laut/Merawan seluai | Hopea dryobalanoides Miq. |Dipterocarpaceae | |105.| Damar maja | Shorea virescens Parijs. |Dipterocarpaceae | |106.| Damar mesegar | Shorea sororia V.Sl. |Dipterocarpaceae | |107.| Damar munsarai | Shorea retinodes V.Sl. |Dipterocarpaceae | |108.| Damar pakit | Shorea acuminatissima Sym. |Dipterocarpaceae | |109.| Damar siput | Shorea faguetiana Heim. |Dipterocarpaceae | |110.| Damar tanduk | Shorea multiflora Sym. |Dipterocarpaceae | |111.| Damar tenang | Shorea koordesii Brandis. |Dipterocarpaceae | |112.| Damar tunam | Shorea lamellata Foxw. |Dipterocarpaceae | |113.| Daru-daru | Cantleya corniculata Howard. |Icacinaceae | |114.| Damuli/Tempinis | Sloetia elongata Kds. |Moraceae | |115.| Dahu besar daun | Dracontomelon mangiferum Bl. |Anacardiaceae | |116.| Dahu kecil daun | Dracontomelon dao Merr. |Anacardiaceae | |117.| Delingsem/K. Batu | Homalium tomentosum Benth. |Flacourtiaceae | |118.| Duabanga/Ares/Takir | Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae | |119.| Duhat | Eugenia cumini Druce. |Myrtaceae | |120.| Dungun/Atung laut | Heritiera littoralis Dry. |Sterculiaceae | |121.| Dungun darat | Tarrietia javanica Bl. |Sterculiaceae | |122.| Durian | Durio zibethinus Murr. |Bombaceae | |123.| Durian burung | Durio carinatus Mast. |Bombaceae | |124.| Durian daun | Durio oxleyanus Grifi. |Bombaceae | |125.| Ebony | Diospyros spp. |Ebenaceae | |126.| Empelas batu/Penjalinan | Celtis spp. |Ulmaceae | |127.| Engulas | Celtis spp. |Ulmaceae | |128.| Ampupu/Eucaliptus | Eucalyptus spp. |Myrtaceae | |129.| Gadog/Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae | |130.| Gaharu buaya | Gonystylus hankenbergii Diels. |Thymelaeaceae | |131.| Gaharu hitam | Gonystylus macrophyllus A.Shaw. |Thymelaeaceae | |132.| Gaharu laka | Aetoxylon sympetalum A.Shaw. |Thymelaeaceae | |133.| Galedupa, k. | Sindora galedupa Prain. |Caesalpiniaceae | |134.| Gambir, k. | Trigonopleura malayana Hook.f. |Euphorbiaceae | |135.| Gardenia | Gardenia spp. |Rubiaceae | |136.| Gelam/Sitepung/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae | |137.| Gempol/Bengkal | Nauclea orientalis L. |Rubiaceae | |138.| Gerok ayam/Terentang | Buchanania arborescena Bl. |Anacardiaceae | |139.| Gerunggang | Cratoxylon arborescena Blume. |Guttiferae | |140.| Getah hangkang | Palaquium leiocarpum Bl. |Sapotaceae | |141.| Getah perca | Palaquium gutta Baill. |Sapotaceae | |142.| Getah sundai | Payena leerii Kurz. |Sapotaceae | |143.| Giam padi | Cotylelobium malayanum V.Sl. |Dipterocarpaceae | |144.| Giam tembaga | Cotylelobium melanoxylon Pierre. |Dipterocarpaceae | |145.| Giam hulodere | Vatica flavovirens V.Sl. |Dipterocarpaceae | ------------------------------------------------------------------------------------------- SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya. A. Pengenalan Sifat-Sifat Kayu Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu: 1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). 2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial). 3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. 4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering. B. Sifat Fisik Kayu 1. Berat dan Berat Jenis Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. 2. Keawetan Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal. 3. Warna Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. 4. Tekstur Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll). 5. Arah Serat Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring). 6. Kesan Raba Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu. 7. Bau dan Rasa Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb. 8. Nilai Dekoratif Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. 9. Higroskopis Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content). 10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari : a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu. b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll). 11. Daya Hantar Panas Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas. 12. Daya Hantar Listrik 13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air. C. Sifat Mekanik Kayu 1. Keteguhan Tarik Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu : a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat. 2. Keteguhan tekan / Kompresi Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu : a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat. Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat. 3. Keteguhan Geser Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu : a. Keteguhan geser sejajar arah serat b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan c. Keteguhan geser miring Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat. 4. Keteguhan lengkung (lentur) Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu : a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan. b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. 5. Kekakuan Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas. 6. Keuletan Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. 7. Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu. 8. Keteguhan Belah Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial. Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok : a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu. b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb. D. Macam Penggunaan Kayu Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut : 1. Bangunan (Konstruksi) Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala. 2. Veneer biasa Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang. Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang. 3. Veneer mewah Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif. Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang. 4. Perkakas (mebel) Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat. Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin. 5. Lantai (parket) Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku. 6. Bantalan Kereta Api Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet. Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin. 7. Alat Olah Raga Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet. Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling. 8. Alat Musik Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik. Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni. 9. Alat Gambar Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih. Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus. 10. Tong Kayu (Gentong) Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau. Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang. 11. Tiang Listrik dan Telepon Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus. Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin. 12. Patung dan Ukiran Kayu Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap. Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni. 13. Korek Api Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak). Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus. 14. Pensil Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus. Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus. 15. Moulding Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif. Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll. 16. Perkapalan Lunas Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : ulin, kapur. Gading Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur. Senta Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur. Kulit Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah. Bangunan dan dudukan mesin Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin. Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai. Pembungkus as baling-baling Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam. Jenis kayu : nangka, bungur, sawo. Popor Senjata Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil. Jenis kayu : waru, salimuli, jati. Sumber : 1. Nama-nama Kesatuan Untuk jenis-jenis Pohon Jang Penting di Indonesia. Pengumuman Istimewa Balai Penyelidikan Kehutanan No. 6. 1952. Balai Penyelidikan Kehutanan. Djawatan Kehutanan, Kementerian Pertanian. 2. Jenis-jenis Kayu Komersiil di Indonesia. Edisi Khusus No 38A. 1983. Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Kehutanan. 3. 400 Jenis Pohon Indonesia dan Index. Pusat Dokumentasi Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1975 4. Plant Resources of South-East Asia : Basic List of Species and Commodity Grouping; Final Version. Prosea, 1993) 5. Tree Flora of Indonesia.Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1989. 6. 4000 Jenis Pohon di Indonesia dan Index.Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1993. 7.Kayu Perdagangan Indonesia, Sifat dan kegunaannya,LPHH,Balitbang,Departemen pertanian,1979 DATA HASIL SURVAY DI LAPANGAN JENIS KAYU ASAL KAYU HARGA KAYU Meranti Minas Rp. 1.150.000/kubik Balam Lipat kain Rp. 1.600.000/kubik Kulim Perawang Rp. 2.900.000/kubik Merbau Sorek Rp. 2.600.000/kubik Sungkai - Rp. 1.800.000/kubik Rengas - Rp. 1.150.000/kubik Durian - Rp. 1.150.000/kubik Bayur - Rp. 1.600.000/kubik Tembusu - Rp. 5.000.000/kubik Golong-golong - Rp. 5.000/batang Kayu bor - Rp. 13.000/batang Tips Memilih Kayu yang Bagus : Ø Di lihat padat Ø Tidak terlalu berat Ø Arah serat dan bentuk kayu harus lurus Ø Tidak ada cacat kayu Ø Kulit kayu yang tertinggal tidak ada Ø Kayu harus kering/ kadar air rendah Ø Kulit kayu yang tertinggal tidak ada Ø Kayu harus kering/ kadar air rendah DATA HASIL SURVAY DI LAPANGAN JENIS KAYU ASAL KAYU HARGA KAYU Meranti Minas Rp. 1.150.000/kubik Balam Lipat kain Rp. 1.600.000/kubik Kulim Perawang Rp. 2.900.000/kubik Merbau Sorek Rp. 2.600.000/kubik Sungkai - Rp. 1.800.000/kubik Rengas - Rp. 1.150.000/kubik Durian - Rp. 1.150.000/kubik Bayur - Rp. 1.600.000/kubik Tembusu - Rp. 5.000.000/kubik Golong-golong - Rp. 5.000/batang Kayu bor - Rp. 13.000/batang


Home » Kontruksi Kayu » Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi

Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi

autodeskcad-eworkshop.com
Mengenal Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi,Kayu merupakan salah satu material bahan bangunan yang sering digunakan dalam konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan.

Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis kayu lainnya.

Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi


Kayu Jati
KAYU JATI

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.


Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.


Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
Kayu Merbau
KAYU MERBAU

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
Kayu Bangkire
KAYU BANGKIRE/YELLOW BALAU

Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
Kayu Kamper
KAYU KAMPER

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.

Kayu Kelapa
KAYU KELAPA

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.

kayu meranti merah
KAYU MERANTI MERAH

Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
kayu karet
KAYU KARET

Botanical Name: Hevea brasiliensis

Family Name: Euphorbiaceae

Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.

Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.

Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi

Kayu Gelam
KAYU GELAM

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,
Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.
Kayu Ulin
KAYU ULIN

Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
kayu akasia
KAYU AKASIA

Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.

Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.


Selasa, November 01, 2011  Adi Atmadilaga  No comments
SIFAT DAN KEGUNAAN 120 JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA
PENGANTAR
Sumber Data dan Informasi yang tertuang dalam tulisan ini diambil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.
PENGERTIAN
Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur.
Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.
Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya.
Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.
KEGUNAAN
Artinya angka kegunaan pada lajur 7 adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
2. Kayu lapis
3. Mebel
4. Lantai
5. Papan dinding
6. Bantalan
7. Rangka pintu dan jendela
8. Bahan pembungkus
9. Alat olah raga dan musik
10. Tiang listrik dan telepon
11. Perkapalan
12. Patung, ukiran & kerajinan tangan
13. Finir mewah
14. Korek api
15. Pulp
16. Alat gambar
17. Potlot / Pensil
18. Arang
19. Obat-obatan
20. Moulding
PENYEBARAN
Arti angka penyebaran dalam lajur 6 adalah sebagai berikut :

1. Sumatera
2. Jawa
3. Kalimantan
4. Sulawesi
5. Maluku
6. Nusa Tenggara
7. Irian Jaya
No.
Jenis Kayu
B.J. Rata2
Kelas Awet
Kelas Kuat
Penyebaran
Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
1
Agathis
0,49
IV
III
1,2,3,4,5,7
1,2,3,7,8,9,14,15,17
2
Anpupu
0,89
III,I
II,I
5,6
1,4,5,6,10,11
3
Bakau
0,94
III
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,15
4
Balau
0,98
I
I,II
1,3,4
1,4,6,10,11
5
Balsa
-
V
V
2
9,12
6
Bayur
0,52
IV
II,III
1,2,3,4,5,6
1,2,3,7,11,12
7
Bangkirai
0,91
1,II,III
I,II
3
1,2,3,4,6,11
8
Bedaru
1,84
I
I
1,3
1,3,6,9,11,12
9
Belangeran
0,86
II,I,III
I,II
1,3
1,3,4,6,7,11
10
Benuang
0,33
V
IV,V
1,3,4,5
2,8,14,15
11
Benuang Laki
0,39
IV,V
IV,V
2,3,4,5,6,7
1,2,5,8,11
12
Berumbung
0,85
II
II,I
1,3
1,3,4,5,9,11,12,20
13
Bintangur
0,78
III
II,III
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6
14
Bongin
1,82
III
I
1,3
1,3,4,13
15
Bugis K.
0,88
III,IV
II,III
3,4,5,7
1,3,4,5,6,7,11,20
16
Bungur
0,88
II,III
I,II
1,2,3,4,5,6
1,3,4,5,6,7,11
17
Cemara
-
II,III
I,II
1,2,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11,18
18
Cempaga
0,71
II,III
II
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6,9,10,11
19
Cempaka
-
II
III,IV
1,2,3,4,5,7
1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20
20
Cendana
0,84
II
II,I
2,6
12,19
21
Cengal
0,70
II,III
II,III
1,2
1,2,3,4,5,6,7,11
22
Dahu
0,58
IV
III,IV
1,2,3,4,5,7
3,4,5,13
23
Durian
0,64
IV,V
II,III
1,2,3,4,5
1,2,8
24
Ebony
1,05
I
I
4,5
3,12,13
25
Gadok
0,75
III,II
II,III,I
1,2,4,5,6,7
1,4,5,11
26
Gelam
-
III
II
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11,18
27
Gerunggang
0,47
IV
III,IV
1,3,4,5
1,2,8
28
Gia
0,91
I,IV
I,II
3,4,5,7
1,4,5,6,10,11
29
Giam
0,99
I
I
1,3
1,4,6,10,11
30
Gisok
0,83
II,III
II,I
1,3
1,2,3,4,5,7,11
31
Gofasa
0,74
II,III
II,III
4,5,7
1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20
32
Jabon
0,42
V
III,IV
1,2,3,4,5,6
2,8,14,15
33
Jangkang
0,63
IV,V
III,II
1,3,4,5,7
2,5,7,8,12,20
34
Jati
0,70
I,II
II
2,4,6
1,3,4,5,6,10,11,12,13
35
Jelutung
0,40
V
III,V
1,3
2,8,12,16,17,20
36
Jeungjing
0,33
IV,V
IV,V
1,5
1,2,8,14,15
37
Jobar
0,84
I,II
II,I
1,2
1,3,4,5,12,13,18
38
Kapuk Hutan
0,30
V
IV,V
1,2,4,5,6,7
2,8,14,15,20
39
Kapur
0,81
II,III
II,I
1,3
1,2,3,4,5,6,7,11
40
Kedunba
0,84
IV
III
1,3
1,2,3,4,5,6,7,20
41
Kemenyan
0,57
IV,V
III,II
1,2
1,2,5,8,12,14,17,20
42
Kemeri
0,31
V
IV,V
1,2,4,5
2,8,14,15
43
Kempas
0,95
III,IV
I,II
1,3
1,2,4,6
44
Kenanga
0,33
V
IV,V
1,2.4,5,7
2,8,12,14,15,20
45
Kenari
0,55
IV
III
1,2,3,4,5,6
1,2,4,5,7
46
Keruing
0,79
III
I,II
1,2,3
1,2,4,5,6,11
47
Keranji
0,98
I
I,II
1,2,3
1,2,4,5,6,7,11
48
Kesambi
0,01
III
I
2,4,5,6
1,4,5,6,11,18
49
Ketapang
-
III,IV
II,III
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,7,8,11,14,20
50
Kolaka
0,96
III
I
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,11
51
Kuku
0,87
II
I
1,3,4,5,7
3,4,5,11,13
52
Kulim
0,94
I,II
I
1,3
1,2,4,6,10,11
53
Kupang
-
II,IV
II,III
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5,7,11,13,20
54
Lara
1,15
I
I
4,5
1,4,6,10,11
55
Lasi
0,01
II
II
4,5
1,3,4,5,12,13
56
Leda
0,57
IV,V,II
II,IV
4,5
1,2,5,7,8,10,11,20
57
Mahang
-
IV,V
II,IV
1,2,3
1,2,5,7,8,14,15,20
58
Mahoni
0,64
III
II,III
2
1,2,3,4,5,7,11,12
59
Malas K.
1,04
II,III
I
1,3
1,4,5,6,11,18
60
Matoa
0,77
III,IV
II,I,III
1,2,4,5,6,7
1,3,4,7,11
61
Medang
-
III,IV
II,V
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,7,8,11,12,20
62
Melur
0,52
IV
II,IV
1,2,3,4,5,5,7
1,2,3,4,5,7,9,16,17
63
Membacang
-
II,V
II,III
1,2,3,4,5,5,7
2,5,8,12,14,20
64
Mendarahan
-
V
II,IV
1,2,3
2,5,7,8,20
65
Menjalin
-
V
I,III
1,2,3
1,2,5
66
Mensira G.
0,61
V
II,III
1,2,4,5,6,7
1,2,5,7,20
67
Mentibu
0,53
IV,V
III
1,3
1,2,7,8
68
Merambung
0,38
V
IV,V
1,2,3,4,5,6,7
2,8,14,15
69
Meranti M.
0,55
III,IV
II,IV
1,3,4,5
1,2,3,4,5,8,15
70
Meranti P.
0,54
III,IV
II,IV
1,3,4,5
1,2,3,4,5,8,15
71
Merawan
0,70
II,III
II,III
1,3
1,2,3,4,5,6,7,9,11
72
Merbau
0,88
I,II
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11
73
Merpayang
0,65
V
II,III
1,3
1,2,3,5,7,8,11,20
74
Mersawa
0,46
IV
II,III
1,3
1,2,4,5,11
75
Nyatoh
0,67
II,III
II,I,II
1,2,3,4,5,7
1,2,4,5,7,9,11
76
Nyirih
-
II,III
II
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20
77
Pasang
-
II,IV
I,III
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,11,13,18
78
Patin K.
0,92
I
I,II
1
1,2,3,4,5,6,7,11,12
79
Pelawan
-
I,II
I
1,3
1,4,6,10,11,18
80
Perepat Darat
0,76
III
II
1,3
1,3,4,5,11
81
Perepat Laut
0,78
II,III
II,I
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,7,11
82
Perupuk
0,56
IV,V
II,III
1,3,4
1,2,3,8,14,15
83
Petaling
0,91
I,II
I,II
1,3
1,4,5,6,9,10,11
84
Petanang
0,75
III
II
1
1,4,5,6,11
85
Pilang
0,79
III
II
2,6
1,2,3,4,5
86
Pimping
-
III,IV
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,2,5,6,8,11,14,20
87
Pinang K.
0,66
III,IV
II,III
1,3
1,2,3,4,5,7,11,20
88
Pulai
0,46
III,V
IV,V
1,2,3,4,5,6,7
2,8,12,14,15,16,20
89
Punak
0,76
III,IV
II
1,3
1,2,3,4,5,7,11,20
90
Puspa
-
III
II
1,2,3
1,2,4,5,10,11,18
91
Putat
-
II,III
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,3,4,5,6,7,11,18
92
Ramin
0,63
IV
II,III
1,3
1,2,3,4,5,7,20
93
Rasamala
0,81
II,III
II
1,2
1,4,5,7,10,11
94
Rengas
0,69
II
II
1,2,3
3,4,5,6,12,13
95
Resak
0,70
III
II
1,3,5,7
1,2,4,6,7,11
96
Salimuli
0,64
I,II
II,III
2,5,6
3,4,9,12
97
Sampang
-
V
III,IV
1,2,3
2,5,7,8,12,14,15,20
98
Saninten
0,76
III
II
1,2
1,4,5,7
99
Sawokecik
1,03
I
I
1,2,4,5,6
3,4,5,9,12,13,20
100
Sendok-sendok
0,45
V
III,II
1,3,5,7
2,5,8,12,14,15,20
101
Simpur
-
III,V
I,III
1,2,3,4
1,2,3,4,5,11,18
102
Sindur
-
II,V
II,III
1,3,4,5
1,2,3,4,5,7,11
103
Sonokeling
0,90
I
II
2
3,4,5,9,12,13
104
Sonokembang
0,65
II,I,II
II,I,II
1,2,4,5,6
1,3,4,5,12,13
105
Sungkai
0,63
III
II,III
1,2,3
1,3,4,5,12,13
106
Surian
-
III,V
III,IV
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,5,7,8,11,12
107
Surianbawang
0,60
II,IV
II,III
1,3,5,7
1,2,3,4,5,7,11,20
108
Tanjung
1,08
I,II
I
1,2,4,5,6
1,2,3,4,5,7,11
109
Tembesu
0,81
I
II
1,2,3
1,4,5,6,10,11
110
Tempimis
1,01
I
I
1,4
1,4,5,6,7,9,11
111
Tepis
-
IV,V
II,IV
1,3
1,2,3,5,7,14,20
112
Teraling
0,75
II,IV
II
1,2,4
1,2,3,4,5,7,9
113
Terap
0,44
III,V
III,V
1,2,3,4,5,6,7
1,2,5,8,11
114
Terentang
0,40
IV
III,IV
1,3
2,8,14,15
115
Trembesi
0,61
IV
III
1,2,4,5,6
1,2,3,4,5,7,11,12,13
116
Tualang
0,83
III,IV
II,I,II
1,3,4
1,2,3,4,5,7,11
117
Tusam
0,55
IV
III
1,2,4,6
1,2,8,14,15,16,17
118
Ulin
1,04
I
I
1,3
1,4,6,10,11
119
Walikukun
0,98
II
I
2,6
1,4,5,6,9,10,11,18
120
Weru
0,77
II
II,I
1,2,6
1,3,4,5,13
Sumber : Departemen Kehutanan Republik Indonesia – http://www.dephut.go.id

Sabtu, Februari 08, 2014  Adi Atmadilaga  2 comments
Udah lama banget gak nulis blog, liat-liat tugas kuliah dulu jadi pengen nulis lagi. Sekedar berbagi lagi nih masalah seputar kayu. Dulu jaman kuliah suka dikasih tugas menggambar detail sambungan kayu di kertas kalkir. Walau mungkin sekarang udah jarang ya kita temuin gambar manual di kalkir, karna udah banyak banget software-softwar gambar seperti AutoCad, ArchiCad, Google Scetch, dan software-sofftware grafis lainnya. Ditambah lagi sekarang sudah menjamur konstruksi Baja ringan yang lagi populer sekarang, jadi atap rumah, balok atap dan atap balkon sudah banyak yang beralih menggunakan rangka baja ringan, karna menghitung segi awet dan kecepatan pekerjaan. Apalagi di jaman bangunan minimalis sekarang, sepertinya penggunaan kayu untuk konstruksi mulai berkurang. Tapi tetep kok masih banyak juga yang menggunakan konstruksi kayu.

Langsung aja deh ke materi, berikut beberapa tipe sambungan dan hubungan kayu:
SAMBUNGAN KAYU
1. Sambungan bibir lurus
Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan sambungan lemah karena masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk batang yang seluruh permukaannya tertahan (contoh balok tembok/murplat). Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwf4mT7qRxKKb1-RfNliGCbj5nXidWRs4WRZWfQgs_Z15QVu4Jz6O9cXwwCdJ6FoMqyr26g75kz1JvyczyuL7-bEAde8JDQ1xRD7YGEvJWhxjE96sddzhizkO7UDVM-UF2W9gjR8UCABtR/s1600/Picture5%25281%2529.png
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu pada arah memanjang. (biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi bangunan ).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhSP36AaxxrgJrF4dffXE65kqGsFNrMJH174eHSpB7tQZxsTPimkc-enFbU8jgludbrOV4FfeTHHDTnbqZcU9gS4qrwGt7cDc3cV95XvcDUsKhtz4O4xFvrPLCZWvTtVydaS2tJx6IYDCM/s1600/samb+bibir+lurus.JPG


2. Sambungan kait lurus
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul pada batang, dan seluruh permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcdTZBkeTkmEYeWkZ1egLzHk7Ymbd3Ux2GQk_DkEo8jcYIyfhWtP_c03SIgVcvsJ467MlhCrzSqc8jxIXXFW09cktIbRgHzoUk2LZzIDYrpuUJCEL0d5S9QfwHtL7_XK-DID0o7eeG3F-2/s1600/Picture6.png

3. Sambungan lurus miring
Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang dipikul oleh kuda-kuda. Letak didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFeSZo2V0dH0LcTQI6Pt2KOPTFvCubM_pgb_SbZ_W2PIBaPwz9OqHV84LSeVCdUrA4_OWjjdgxKFcIAMm-GKCUFZ9wAgC3_z-F-QF5l-Ec2DXp1BU4HnZVnT-6Nar6AlYTkYeDcCK-4ymy/s1600/Picture7.png

4. Sambungan kait miring
Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika gaya tarik bekerja pada batang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYCZZboHOiloW3sUfpFVJrNLa6H__RXIHkUEeAjoH-4ByRveY3AiFq6biNrwag1qw5uLoKLMdUV8_39ayivEOIwkfOhtzkUL9xtByUaFps3kkd0bUNuLJHcnYC9qDsdMkBNHKQqQau-qu8/s1600/Picture8%25281%2529.png


5. Sambungan Takikan Mulut Ikan

Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifACWcwe1xhUgAP9_Kq4tLqqn2z5dV3stVnerq0elXIhPCBzD1CTHMJnQZz4ydp0EZCXqfBnBY2naRMW8hePV8zJhTZzwtmcsX6i7_IgiRcblkW2FzX4_nMasz_GpjAmqRapGgWq5O_cTM/s1600/samb+takikan+lurus+mulut+ikan+2D.JPG

6. Sambungan memanjang kunci sesisi
· Jenis sambungan ini digunakan untuk konstruksi kuda-kuda baik balok tarik maupun kaki kuda-kuda, karena menghasilkan kekuatan tarik maupun desak yang baik.

· Letak pengunci pada balok tarik berada diatas, sedangkan pada pada kaki kuda-kuda berada di atas.

· Pengunci akan menyebabkan momen sekunder pada sambungan, oleh karena tidak diperkenankan menggunakan sambungan miring.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZdEgCuTFlQDfhKbwHSeZDYODZU75L0fmK9sO0yEbVnmiPL9r-phM8Jpll8dRr1XrvdYBh6D6MQkLCP4ddOq8v6kt_5GCrdKrrd09IyO0LHrylYh5hjfZzL58UuDYAWta-_80cq-XjtT95/s1600/Picture9.png


7. Sambungan memanjang kunci jepit
Sambungan kunci jepit dapat menetralisir momen sekunder yang terjadi pada sambungan kunci sesisi. Kekuatan yang dihasilkan lebih baik, namun kurang tepat digunakan untuk kuda-kuda.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUe5x21LhnKFF0tI38yYPI1tKaLTQskuomxY1waS6S6rJEHN0MCx5YHbiXXJs1aB6_I4GRhB3kvf0CmMI14y-gcBvP7i4V25FJ8WcTsRaXpjqX3jlgQCbDxYttYGmuGq9yfEnU029iSTV_/s1600/Picture10.png

8. Sambungan memanjang tegak lurus

Digunakan untuk tiang-tiang tinggi, yang dimensinya sulit didapatkan di pasaran.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcn5AhIlhVBegb65UIRwZuG-h4TBkoszsEUhFcK0FU_cQiHuOJCqTTBrZTFzo-HUDcQU6ab9GHC_MKhrJ1Ba3MYghGb34EPfQSUH8jd9qPbY-NmLMCLpPVBXhaRyi_nA3N-HY1M4BOxGif/s1600/Picture11.png

9. Sambungan Kayu Melebar Lidah dan Alur

Type sambungan kayu melebar jenis LIDAH DAN ALUR ini biasa digunakan pada jenis kayu melebar untuk konstruksi lantai dan konstruksi dinding. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxv8vY53mI7BsfSsajUKedAxswMqS7cRSHGkUzFTrGrdo469Kx6w-2OearzzN-9qCAkb6kdo8ZwW6CLu5ZkZbaUPkUuiFcUM8vjMjrkOfIt7cTUbWHIwhDlkUkkIYlIaj8obSp9K_OOMUr/s1600/samb+kayu+lidah+dan+alur+2d.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuaA2Gg0fzCFuVO5Pi327L8dO_TUjXT6KdS94z0eSGKCj7Q9BaWsapnvUC2IPNMLnQgPQ_E4-KE5sT1gsv22EajVlp7ULdXMLkywq8SimgEGzZfCGA1E4WDj05vG_xo4aFRXncmKXrnK96/s1600/samb+kayu+lidah+dan+alur+3d.JPG

10. Sambungan Takikan Lurus Rangkap

Type sambungan TAKIKAN LURUS RANGKAP ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiycvEsTXihVbstkRtcsPvyQ7KLVIngmlJ2QvxgvDn_HSHtcgKI2hDytm9AMG9UAtyUg8w7KvHtC2TXIlDXEXCihLqQF8IhH5ROD08j4np8kjdSpklwmLpMznzS9T8leKh4joCG-uMEyMT/s1600/samb+kayu+takikan+lurus+rangkap+2d.JPG

11. Sambungan Kayu Purus dan Lobang dengan Gigi Tegak

Type sambungan kayu PURUS DAN LOBANG DENGAN GIGI TEGAK ini biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambar berikut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFy2s0x-UMmcTV4n_-BmkR_u6CsaUJZfS8Q8qhw23v37qjPGfBZGNzBq0dSzO_mKow7SOCpYHn22aHgGIS0YiqXiSfTWbcg4xyaoS6WomOOVNGwC69E4oBjJPZZ3nuhb6O9a39FPugcsv3/s1600/SAMBUNGAN+PURUS+DAN+LOBANG+DENGAN+GIGI+TEGAK.JPG

HUBUNGAN KAYU
Macam-macam hubungan kayu:

- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong


Langsung aja ya liat gambarnya,
- Hubungan penyiku
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMxqgxw20_6iqGvieVwXMSWqZz6zUFXVeCMzVuqX97O9TnaFy_Fhos-t2GE6wjHTCXpjXbZUBazcjdvjttSuuPPJRgt25O5gyKNt-dOMkFY0CFahYojINxMUgbjqRkjfqN-p6TYPah0Q30/s1600/Picture13.png

- Hubungan silang dan lintang

Hubungan silang, digunakan untuk menghubungkan kayu yang saling silang (vertikal dan horisontal). Sambungan lintang digunakan untuk pemasangan bubungan/nok.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSe8IjOsShNFGMywT1fmQu3VuInQt5R0HlCpS_O5e5qsdZHBZHrdYUt3v4JyrJjuyKxl12J0Wi27jHJgyZMQoXRC2QGm53Q9RDQ6hUjv_y_4FBKiy3O5UoAiSqPvuBpfNBX6ZLvWaM3Bdh/s1600/Picture14.png

Hubungan Pen Lobang

Hubungan Pen lobang, digunakan untuk hubungan ambang atas dengan tiang daun pintu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDkitkQXZJbU7fXbU2aj13Goo2NIkhc9wJP_qlX_hioFYu7yLk_2IKsK019Vf0aOIwBzeKcBhaehzV_ZBBmX9YvTBEIsdk9oaEygxmhbJ6QilUC9x9b8RmEM64U2m7k_7dvG3CMEhQFe3f/s1600/Picture15.png


Hubungan Serong

Hubungan serong, digunakan untuk hubungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaudckZDMRskzYEVb4AGMv_RlIkv5ljYqYL_EwoAuXS2IiyCVi6V2uHptzjedQ4VbZW3HyUq-Ppj_HAmmWi4f2_OYRSVrMehyGitTIGmTLfhz7JfhVydn_gq8VPczCObQ7MB7sCAc3qx3R/s1600/Picture16.png

Nah itulah jenis-jenis tipe sambungan dan hubungan kayu. Sebenarnya masih banyak lagi tipe-tipe sambungan kayu lainnya selain yang disebutkan di atas. Tapi sambungan sambungan kayu di atas merupakan tipe sambungan yang paling sering ditemui dalam konstruksi bangunan. Semoga postingan ini bisa bermanfaat.





Konstruksi Kayu

Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu. Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.


8.1.1. Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan

Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri. Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.

8.1.2. Pengeringan Kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200% - 300%. Setelah ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25% - 35% kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln). Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda - kuda biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya.

8.1.3. Pengawetan Kayu

Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan.

8.1.4. Cacat Kayu

Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/ba/Tsb45.jpg
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/4b/Tsb46.jpg

8.2. Penggolongan Produk Kayu di Pasaran

Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated timber).

8.2.1. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

Secara singkat peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.

8.2.2. Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
§  Kayu mutu kering udara
1.     Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
2.     Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3.     Miring arah serat maksimum adalah 1/7
4.     Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu
§  Kayu mutu kering udara 15% - 30%
1.     Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
2.     Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3.     Miring arah serat maksimum adalah 1/10
4.     Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu
§  Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)
§   

8.2.3. Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan Gambar 8.8.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/a/a3/Tsb47.jpg
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu tegak lurus () serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10. Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel 8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/ca/Tsb48.jpg

8.2.4. Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/48/Tsb49.jpg

8.3. Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu

Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar dapat dikelompokkan ke dalam elemen linear yang membentang dua arah. Susunan hirarki sistem struktur ini adalah khusus.


RANGKA RINGAN.
Sistem struktur joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah konstruksi kayu yang paling banyak digunakan pada saat ini. Sistem joists lanta terutama sangat berguna untuk beban hidup ringan yang terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi demikian umumnya dijumpai pada konstruksi rumah. Joists pada umumnya menggunakan tumpuan sederhana karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan momen diperlukan konstruksi khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit dengan joists kecuali apabila digunakan konstruksi khusus yang menyatukannya.
Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan adalah dinding pemikul beban yang dapat terbuat dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood). Dalam hal yang terakhir ini, tahanan lateral pada susunan struktur secara keseluruhan terhadap beban horizontal diperoleh dengan menyusun dinding berlapisan plywood yang berfungsi sebagai bidangbidang geser. Struktur demikian pada umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan ini tidak hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena persyaratan keamanan terhadap kebakaran yang umum diberikan pada peraturan-peraturan mengenai gedung. Karena setiap elemen pada sistem struktur ini diletakkan di tempatnya secara individual, maka banvak fleksibilitas dalam penggunaan sistem tersebut, termasuk juga dalam merencanakan hubungan di antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists standar [lihat Gambar 8.9(b)]. Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok memanjang sehingga sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam molekul lentur. Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya penyatuan tersebut. Dengan demikian, tinggi struktural akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem joist standar. Elemen kulit bertegangan ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke lokasi sebagai modul-modul. Kegunaannya akan semakin meningkat apabila modul-modul ini dapat dipakai secara berulang. Elemen demikian dapat digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga sistem plat lipat berbentang besar.
BALOK BOKS.
Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis [lihat Gambar 8.9(c)] memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan kondisi pembebanan. Sistem yang demikian sangat berguna pada situasi bentang besar atau apabila ada kondisi beban yang khusus. Balok boks dapat secara efisien mempunyai bentang lebih besar daripada balok homogen maupun balok berlapis. KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum sistem joists ringan banyak digunakan, sistem balok kayu berat dengan papan transversal telah banyak digunakan [lihat Gambar 8.9(e)]. Balok kayu berlapisan sekarang banyak digunakan sebagai alternatif dari balok homogen. Sistem demikian dapat mempunyai kapasitas pikul beban dan bentang lebih besar daripada sistem joist. Sebagai contoh, dengan balok berlapisan, bentang yang relatif besar adalah mungkin karena tinggi elemen struktur dapat dengan mudah kita peroleh dengan menambah lapisan. Elemen demikian umumnya bertumpuan sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang mampu memikul momen dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak digunakan karena dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi dalam konfigurasi dan ukuran batang. Rangka batang dapat dibuat tidak secara besar-besaran, tetapi dapat dibuat secara khusus untuk kondisi beban dan bentang tertentu. Sekalipun demikian, kita juga. membuat rangka batang secara besar-besaran (mass production). Rangka batang demikian umumnya digunakan pada situasi bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang tnissed rafter pada Gambar 8.9(g) misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada Gambar 8.9(b) analog dengan balok baja web terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya untuk atap). Sistem penumpu vertikal pada struktur ini umumnya berupa dinding batu atau kolom kayu. Tahanan terhadap beban lateral pada struktur ini umumnya diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai bidang geser. Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan, pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan kestabilan struktur terhadap beban lateral. Peningkatan kestabilan dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja digunakan untuk struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG
Banyak struktur plat lengkung atau plat datar yang umumnya berupa elemen berbentang satu, yang dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan struktur tersebut menggunakan kayu lapis. Gambar 8.9(j) dan (k) mengilustrasikan dua contoh struktur itu.
PELENGKUNG
Bentuk pelengkung standar dapat dibuat dari kayu. Elemen berlapisan paling sering digunakan. Hampir semua bentuk pelengkung dapat dibuat dengan menggunakan kayu. Bentang yang relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-struktur ini umumnya berguna sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan tidak dijepit.
LAMELLA
Konstruksi lamella merupakan suatu cara untuk membuat permukaan lengkung tunggal atau ganda dari potongan-potongan kecil kayu [lihat Gambar 8.9(l)]. Konstruksi yang menarik ini dapat digunakan untuk membuat permukaan silindris berbentang besar, juga untuk struktur kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan, terutama pada struktur atap.
UKURAN ELEMEN
Gambar 8.10 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk berbagai jenis struktur kayu. Bentang "maksimum" yang diperlihatkan pada diagram ini bukanlah bentang maksimum yang mungkin, melainkan batas bentang terbesar yang umum dijumpai. Batasan bentang minimum menunjukkan bentang terkecil yang masih ekonomis. Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi untuk berbagai bentang setiap sistem. Angka yang kecil menunjukkan tinggi minimum yang umum untuk sistem yang bersangkutan dan angka lainnya menunjukkan tinggi maksimumnya. Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti bahwa elemen struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai tinggi sekitar 16 ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h) bervariasi antara 1 : 25 untuk kolom yang dibebani tidak besar dan relatif pendek, atau sekitar 1 : 10 untuk kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat, Dinding yang dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai perbandingan t/h bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/9/92/Tsb52.jpg

8.3.1. Produk Alat Sambung untuk Struktur Kayu

a) Alat Sambung Paku

Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu. Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditunjukkan pada Gambar 8.11.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/c6/Tsb53.jpg
terhadap karat dan noda. Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya coating tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan coating tersebut.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/d/d8/Tsb54.jpg
Ujung Paku. Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah pada kayu, namun karena ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku. Kepala paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala paku ini umumnya sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam dimaksudkan untuk dipasang masuk – terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki kuat cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian halnya dengan pengaruh kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban, paku umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut langsung setelah pembenaman. Jarak Pemasangan Paku. Jarak paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap tepi kayu harus diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu, dan tak boleh kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang lebih kecil dapat dipasang kurang dari jarak tersebut.
Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound) (8.1)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat lateral paku
Pada batang struktur, pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk menerima beban beban tegak lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan alat sambung tersebut dapat dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu. Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat sambung sekerup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar dipasang untuk maksud tampilan–selera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian benam, bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam. Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi lapisan/coating nikel, krom atau cadmium.
Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12 berikut.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/f/f8/Tsb55.jpg
Kuat Cabut Sekerup
Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat (Gambar 8.13) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inch–pound)
Dimana:
P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup
Kuat lateral sekerup yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus yang sama dengan kuat lateral paku (persamaan 8.2)
Sekerup Lag (Lag Screw)
Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar dan berkepala segi delapan untuk engkol. Saat ini banyak dipakai karena kemudahan pemasangan pada batang struktur kayu dibanding dengan sambungan baut–mur. Umumnya sekerup lag ini berukuran diameter dari 5.1 – 25.4 mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 – 406 mm (1.0 – 16 inch).
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/c9/Tsb56.jpg
Kuat Cabut Sekerup Lag.
Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L (Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L (British unit: inch–pound) (8.4)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup lag dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
P = c1 c2 K D2 (8.5)
Dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang tergantung karakteristik jenis kayu
(lihat Tabel 8.4)
C1= Faktor pengali akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam sekrup lag
(lihat Tabel 8.6)
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/4c/Tsb57.jpg

8.3.2. Konstruksi Sambungan Gigi

Walaupun sambungan ini sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena kemudahannya, sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu sederhana di Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Kekuatan sambungan ini mengandalkan kekuatan geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu pada penyelenggaraan sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan bibir lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak tampang sambungan gigi. Dua kekuatan tersebut harus dipilih yang paling lemah untuk persyaratan kekuatan struktur.
P geser = τ ijin a b (8.6)
Dimana : τ ijin = Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
b = lebar kayu
a = panjang tampang tergeser
P desak = �� ijin b t (8.7)
Dimana : �� ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung
b = lebar kayu
t = tebal tampang terdesak
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/7d/Tsb58.jpg
Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu, geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan desakan batang baut pada kayu tidak merata. Berdasarkan NI-5 PKKI (1961) gaya per baut pada kelas kayu tersambung dapat dihitung rumus sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 240 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 250 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 480 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 215 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 200 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 430 d2 (1 – 0.35 Sin α)
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/4f/Tsb5.jpg
Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 170 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 120 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 340 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Dimana : S = Kekuatan per baut dalam kg
α = Sudut arah gaya terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
b3 = Tebal tengah (cm)
d = Diameter baut (cm)
Masing kelas kayu tersebut di ambil harga terkecil untuk mendapat jumlah baut dalam satu sambungan. Untuk pemasangan baut, disyaratkan pula jarak antar baut dalam satu sambungan. Dengan memperhatikan sketsa ilustrasi sambungan seperti Gambar 8.17, ketentuan jarak baut utama yang sering digunakan dapat dikemukakan sebagai berikut. Ilustrasi secara lengkap diterakan dalam PKKI – NI (1961)
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/8/85/Tsb60.jpg
• Jarak antar baut searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut tegak lurus gaya dan serat = 3 φ baut
• Jarak baut denga tepi kayu tegak lurus gaya dan serat = 2 φ baut
• Jarak baut dengan ujung kayu searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut searah gaya – tegak lurus serat = 3 φ baut

8.3.4. Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat geser

Produk alat sambung ini merupakan alat sambung yang memiliki perilaku lebih baik dibanding alat sambung baut. Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan peralatan mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di Indonesia. Produk sambung ini terdiri dari cincin dan dirangkai dengan baut.
Dalam penyambungan, alat ini mengandalkan kuat desak kayu ke arah sejajar maupun arah tegak lurus serat. Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang disambung akan memberikan kekuatan yang berbeda. Produk alat sambung ini memiliki sifat lebih baik dari pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat sambung ini mendistribusikan gaya baik tekan maupun tarik menjadi gaya desak kayu yang lebih merata dinading alat sambung baut dan alat sambung paku.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/7d/Tsb61.jpg
Jumlah alat sambung yang dibutuhkan dalam satu sambungan dapat dihitung dengan membagi kekuatan satu alat sambung pada jenis kayu tertentu. Tabel 8.7 menampilkan besaran kekuatan per alat sambung terendah untuk pendekatan perhitungan.

8.3.5. Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector)

Alat sambung ini sering disebut sebagai alat sambung rangka batang (truss). Alat sambung ini menjadi populer untuk maksud menyambung struktur batang pada rangka batang, rangka usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan kayu. Plat sambung umumnya berupa plat baja ringan yang digalvanis untuk menahan karat, dengan lebar/luasan tertentu sehingga dapat menahan beban pada kayu tersambung.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/e/e1/Tsb62.jpg
Prinsip alat sambungan ini memindahkan beban melalui gerigi, tonjolan (plug) dan paku yang ada pada plat. Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21. Untuk pemasangan plat, menanam gerigi dalam kayu tersambung, memerlukan alat penekan hidrolis atau penekan lain yang menghasilkan gaya besar.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/d/d3/Tsb63.jpg
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/a/af/Tsb64.jpg
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/6/63/Tsb65.jpg
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/bb/Tsb66.jpg
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/5/5c/Tsb67.jpg
setempat atau pondasi dinding menerus dari bahan pasangan batu atau beton. Pemasangan kolom kayu selain memerlukan jangkar (anchor) ke pondasi
diperlukan penyekat resapan dari tanah, baik berupa beton kedap atau pelat baja agar kayu terhindar dari penyebab lapuk/busuk. Jika dipasang plat kaki keliling, harus terdapat lubang pengering, untuk menjaga adanya air tertangkap pada kaki kolom tersebut. Terlebih jika kolom tersebut berada diluar bangunan yang dapat terekspose dengan hujan dan/atau kelembaban yang berlebihan. Kaki kolom sederhana dengan penahan hanya di dua sisi seperti pada Gambar 8.23 sangat disarankan untuk memungkinkan adanya drainase pada kaki kolom.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/4d/Tsb68.jpg
Kolom kayu dapat berupa kolom tunggal, kolom gabungan dan kolom dari produk kayu laminasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8.24. Kolom gabungan dapat disusun dari dua batang kayu atau berupa papan yang membentuk bangun persegi. Bentuk lain adalah berupa kolom dari kayu laminasi. Kayu Laminasi merupakan kayu buatan yang tersusun dan direkatkan dari kayu tipis.
Batang struktur kolom dapat menerima beban dari balok, balok loteng, maupun beban rangka atap. Untuk dapat menahan beban di atasnya dan terhindar dari tekuk sangat disarankan dan sebisa mungkin menghindari pengurangan tampang efektif kolom. Sambungan gigi umumnya mengurangi tampang efektif kolom yang relatif besar sehingga tidak disarankan penggunaannya. Penggunaan klos sambung mungkin akan cukup baik, namun akan menjadi mahal karena
menambah volume kayu yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sambungan yang mendekati ideal dapat menggunakan pelat sambung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.25. Dengan penggunaaan alat sambung kolom dengan balok tersebut, pengurangan tampang kolom yang terjadi hanya akibat lubang baut.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/3/3a/Tsb70.jpg


8.4.6. Konstruksi Balok

Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap, maupun gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu laminasi, atau bentuk kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok dengan balok perlu menghindari sambungan yang menerima momen yang relatif besar. Karenanya sambungan balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur dudukan atau mendekati titik dudukan. Dengan begitu momen yang terjadi pada sambungan relatif kecil.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/a/a0/Tsb71.jpg
Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di bawahnya. Agar pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di atas separoh tinggi balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan tersebut. Penyelenggaraan beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk maksud tersebut.
Pada dudukan dan sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan pengurangan tampang, sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar 8.30 merupakan contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan pada balok utama/induk dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di bagian atas untuk menghindari sobek
Kayu merupakan bahan yang higroskopis, mudah mengembang atau menyusut oleh kadar air. Pada pembuatan sambungan dengan bahan lain, misal plat baja, hindarkan sobek batang struktur akibat sifat kembang dan susut kayu. Hal ini karena angka muai baja dan kayu saling berkebalikan. Salah satu cara menghindari sobek akibat kembang dan susut kayu adalah dengan cara memisah/memecah plat baja seperti yang ditunjukkan Gambar 8.31. Cara lain adalah dengan membiarkan tampang bagian atas tidak terkekang, yakni dengan menggunakan plat sadel seperti Gambar 8.32.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/0/0c/Tsb75.jpg
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/f/fa/Tsb76.jpg

8.4.7. Konstruksi rangka batang kayu

Struktur rangka batang kayu umum digunakan pada bangunan rumah tinggal, perkantoran, bangunan pertokoan, hingga jembatan. Rangka batang merupakan struktur rangka yang disusun batang membentuk bangun segitiga dengan simpul / titik sambung, dapat menerima beban struktur. Dengan susunan tersebut diperolehlah struktur yang relatif ringan dan kuat pada bentangan yang lebih panjang. Pemakaian rangka batang untuk struktur kayu memungkinkan terbentuknya ruang terbuka yang luas dan partisi/penyekat ruang dapat dirubah tanpa harus mempertimbangkan integritas struktural dari bangunan. Alasan penyelenggaaran rangka batang antara lain:
(1) Sangat bervariasibentuknya,
(2) Dapat menampilkan keindahan khusus,
(3) dapat melayani bentang relatif panjang,
(4) memungkinkan kemudahan penyelenggaraan sistem instalasi layanan bangunan, misal listrik, plumbing, maupun langitlangit,
(5) kompatibel terhadap elemen struktur lain, misal beton, pasangan maupun baja.
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/4/4a/Tsb77.jpg


8.4.8. Produk penyambung struktur rangka batang

Disamping digunakan penyambung tradisional, sambungan gigi, paku maupun baut, penyambung plat fabrikasi telah banyak pula digunakan, lebih-lebih untuk rangka batang fabrikasi. Produk alat sambung terakhir merupakan alat sambung yang dapat memberikan konsistensi hasil sambungan baik kekuatan dan kemudahan penyelenggaraan secara masal. Penyambung plat ini mengandalkan gigi dan tonjolan pada plat untuk memindahkan gaya dari dan ke batang kayu yang disambung.
Gambar 8.35 merupakan contoh penggunaan plat sambung pada struktur rangka batang kayu.
Rangka batang kayu lemah secara lateral, sehingga sangat mungkin mengalami deformasi secara lateral yang merusak sambungan pada saat mobilisasi dan atau saat ereksi konstruksi. Karenanya tata cara penyimpanan, mobilisasi hingga ereksi sangat memegang peranan penting agar plat sambung tersebut berfungsi baik sebagai elemen penyambung struktur rangka batang kayu. Untuk penyimpanan maupun penempatan, rangka batang kayu seharusnya diletakkan secara rata dengan ganjal atau dengan cara berdiri dan dilengkapi dengan penyokong (Gambar 8.36).
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/b7/Tsb80.jpg
Di negara maju, rangka batang kayu yang dibuat di pabrik telah dilengkapi dengan fasilitas penggantung dilengkapi dengan petunjuk untuk mengangkat baik saat mobilisasi maupun saat ereksi konstruksi. Terdapat beberapa cara, antara lain: sudut tali pengangkat < 60 derajat, gunakan batang pembentang, pengaku rangka untuk panjang rangka lebih dari 18 meter. Cara pengangkatan struktur rangka ditunjukkan pada Gambar 8.37 berikut:
http://www.crayonpedia.org/wiki/images/5/5d/Tsb82.jpg


8.4.9. Konstruksi Struktur jembatan kayu

Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga struktur atas yang terdiri dari balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar, ketersediaan ukuran kayu menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam. Kalaupun ada, jembatan kayu merupakan jembatan sementara dengan umur pakai dibawah 10 tahun.
Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan untuk jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung suatu sistem deck laminasi hingga bentangan 12 m – 30 m bahkan lebih. Balok laminasi dapat membentuk suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika dirangkai dengan batang tarik pengekang dapat membentuk suatu deck laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung dapat dipakai untuk memproduksi beragam jembatan yang indah.


8.4.10. Struktur pelengkung kayu 

Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar terlebih saat teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari struktur tarikan di bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka atap dome akan menyerupai bola.

 Sumber : www.Crayonpedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar