SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu
merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan
tertentu. Terkadang sebagai barang
tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat
khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu
yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal
sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk
tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita
inginkan. Berikut ini diuraikan
sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah
diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat
ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan
dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan
tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri
pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih
jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi
juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila
jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon
yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.
Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang
berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis
kayu yaitu :
- Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
- Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
- Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
- Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Sifat Fisik Kayu
- Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu
tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu
berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu
balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).
Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
- Keawetan
Keawetan adalah
ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar
seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat
ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat
kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih
awet dari kayu gubal.
- Warna
Kayu yang beraneka
warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
- Tekstur
Tekstur adalah ukuran
relatif sel-sel kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim
dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur
kasar (contoh: kempas, meranti dll).
- Arah Serat
Arah serat adalah
arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat
lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat
miring).
- Kesan Raba
Kesan raba adalah
kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin,
dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap
jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat
ekstraktif dalam kayu.
- Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu
mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang
merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu
benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati),
bau kamper (kapur) dsb.
- Nilai Dekoratif
Gambar kayu
tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan
riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.
Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai
dekoratif.
- Higroskopis
Kayu mempunyai sifat
dapat menyerap atau melepaskan air.
Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai
tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium
Moisture Content).
- Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
- Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
- Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
- Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar
kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang
yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
- Daya Hantar Listrik
- Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
- Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik
adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu
:
- Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
- Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik
terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih
kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
- Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan
tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2
(dua) macam keteguhan tekan yaitu :
- Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
- Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu,
keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar
arah serat.
- Keteguhan Geser
Keteguhan geser
adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu
tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
- Keteguhan geser sejajar arah serat
- Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
- Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak
lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.
- Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur
adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau
untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
- Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
- Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
- Kekakuan
Kekakuan adalah
kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan
tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
- Keuletan
Keuletan adalah
kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan
terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang
melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen
dan kerusakan sebagian.
- Kekerasan
Kekerasan adalah
kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan
(abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
- Keteguhan Belah
Keteguhan belah
adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik
dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah
sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai
untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan
dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
- Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
- Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan
pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan
persyaratan teknis yang diperlukan.
Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian
tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :
- Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan
mempunyai keawetan alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal,
giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.
- Veneer biasa
Persyaratan teknis :
kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh,
ramin, agathis, benuang.
- Veneer mewah
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus
bernilai dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin,
dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang.
- Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif,
mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti,
rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
- Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam,
mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur,
bongin, bungur, jati, kuku.
- Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru,
belangeran, bintangur, kempas, ulin.
- Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur
halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh,
salimuli, sonokeling, teraling.
- Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak
mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi,
eboni.
- Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
- Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak
mengeluarkan bau.
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
- Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat,
bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau,
tembesu, ulin.
- Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat,
tidak mudah patah dan berwarna gelap.
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur,
cempaka, eboni.
- Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup
kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon,
perupuk, pulai, terentang, pinus.
- Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah
bengkok, warna agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
- Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah
dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
- Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan
binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan
binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan
binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan
mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah
karena getaran mesin.
Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin,
bangkirai.
Pembungkus as
baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak
logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi
stabil.
Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
- Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis : BJ tinggi.
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam,
gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
Penutup
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam
menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan dengan memahami sifat-sifat kayu
dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi
ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga
pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan (jenis-jenis yang
belum dikenal umum) akan semakin meningkat.
STRUKTUR
KAYU
ASPEK PENGAWETAN KAYU A. Keawetan Kayu
Salah satu kekurangan kayu adalah dapat dirusak oleh organisme hidup. seperti
jamur, serangga, dan binatang laut yang hidup merombak komponen utama pembentuk
kayu seperti lignin dan selulosa, serta menurunkan kekuatan kayu. Mereka
menggerek kayu sebagai makanan maupun tempat tinggal. Usia pakai kayu
tergantung kepada kelas awet kayu terhadap faktor perusak. Keawetan kayu
diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak kayu dari
golongan biologis. Keawertan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang
bersifat racun terhadap organisme perusak. Dalam hal ini tiap jenis kayu
mempunyai zat ekstrakrtif yang berlainan, sehingga mengakibatkan ketahanan kayu
terhadap faktor perusak juga berlainan. Pada umumnya kayu gubal mempunyai
keawetan yang lebih rendah dibanding kayu teras, karena kayu gubal tidak
mengandung zat ekstraktif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keawetan kayu
berbeda-beda tergantung pada jenis organisme yang menyerangnya. Jadi kayu
memiliki keawetan secara khusus terhadap organisme tertentu. Ketahanan kayu
terhadap berbagai organisme perusak kayu berbeda-beda, dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia yang melekat pada kayu yang bersangkutan, jenis organisme yang
menyerang, dan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan organisme perusak.
B. Keterawetan Kayu Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh
bahan pengawet, sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara
ekonomi menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu.
Keterawetan kayu sangat bervariasi; kayu gubal mempunyai keterawetan yang lebih
tinggi Karena bagian ini sebelumnya berfungsi sebagi penyalur air dari akar ke
daun, sedangkan kayu teras mempunyai sifat keterawetan yang kurang baik, karena
terbentuknya tylosis serta deposit-deposit lainnya yang menutupi sel-sel kayu.
Jika kayu tidak awet dipakai untuk perumahan dan gedung maka usia pakainya akan
pendek, sehingga harus menggantinya dengan kayu yang baru. Akibatnya konsumsi
kayu sering melebihi kecepatan pertumbuhan pohon, dan menyebabkan menyusutnya
persediaan sumberdaya hutan kayu yang makin lama terancam habis. Supaya kayu
yang berkelas awet III, IV, dan V dapat digunakan dengan baik dan lebih awet
sebaiknya diawetkan terlebih dahulu dengan cara pengawetan kayu. Pengawetan kayu
adalah proses memasukkan bahan kimia beracun atau bahan pengawet ke dalam kayu
untuk meningkatkan kelas awet suatu jenis kayu. Pemberian bahan pengawet ke
dalam kayu tidak awet, diharapkan dapat memperpanjang usia pakai kayu, minimal
sama dengan usia pakai kayu kelas awet I yang tidak diawetkan. Bahan pengawet
adalah bahan-bahan kimia yang apabila dimasukan ke dalam kayu akan menyebabkan
kayu menjadi tahan terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu golongan
biologis. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, bahan pengawet kayu dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu bahan pengawet berupa minyak,
bahan pengawet larut minyak, dan bahan pengawet larut air. Dalam prakteknya
yang dimaksud pengawetan kayu adalah perlakuan- perlakuan kimia. Ada empat
faktor penting yang senantiasa diperhatikan dalam prose pengawetan kayu, yaitu:
(1) Kondisi kayu yang diawetkan, (2) Bahan Pengawet, (3) Cara pengawetan, (4)
Perlakuan setelah pengawetan. Keempat faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil
pengawetan baik, secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan. Efektifitas
bahan pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh
metode pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Besarnya
absorbsi dan penetrasi yang bisa dicapai ditentukan oleh: (1) Struktur anatomi
kayu, (2) Persiapan kayu sebelum diawetkan, (3) Metode pengawetan, dan (4)
Jenis dan konsentrasi bahan pengawet. Menurut Barly dkk. (1995) dalam Djarwanto
dan Abdurrahim (2000), paling tidak ada empat faktor yang sangat berpengaruh
terhadap sifat mudah tidaknya kayu diawetkan atau lebih dikenal dengan sifat
keterawetan kayu, yaitu: (1) jenis kayu yang ditandai sifat yang melekat pada
kayu seperti struktur anatomi, permeabilitas, kerapatan, dan sebagainya, (2)
keadaan kayu pada waktu diawetkan, seperti bentuk kayu, gubal/teras, kadar air,
dan sebagainya (3) metode pengawetan yang diterapkan, dan (4) sifat bahan
pengawet yang dipakai. C. Organisme Perusak Kayu Kayu yang berkeawetan alami
rendah, mudah diserang oleh organisme perusak kayu berupa jamur, serangga dan
binatang laut, tetapi akibat yang ditimbulkan oleh organisme tersebut terhadap
kayu tidak sama di setiap lokasi. Pada bagian bangunan yang selalu lembab lebih
banyak ditemukan serangan jamur daripada serangan serangga, dan serangan setiap
jenis serangga berbeda pada setiap lokasi. Lingkungan hidup disekitarnya sangat
berpengaruh terhadap kesinambungan hidup organisme. Atas dasar kenyataan
tersebut penanggulangan organisme perusak kayu harus disesuaikan dengan kondisi
serangan yang terdapat pada lokasi kayu dipasang dan atas dasar pengetahuan
hubungan antar organisme perusak kayu dengan lingkungannya tersebut, mungkin
dapat ditrerapkan metode pengawetan yang sesuai, sehingga dapat dicapai hasil
yang optimal dengan biaya lebih kecil. Secara garis besar, faktor penyebab
kerusakan kayu dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor biologis (hidup) dan
faktor non biologis (mati). 1. Faktor Biologis a. Cendawan (Jamur) Cendawan
atau lebih populer jamur adalah golongan tanaman tingkat rendah yang tidak
mempunyai klorofil (zat hijau daun). Karena tidak berklorofil maka jamur tidak
dapat memproduksi makanan sendiri. Oleh karena itu untuk kelangsungan hidupnya
jamur menumpang pada mahluk hidup lain. b. Serangga Perusak Kayu Kerusakan kayu
oleh serangga terutama disebabkan oleh jenis rayap dan kumbang bubuk. Serangan
dapat terjadi pada pohon yang masih berdiri, kayu bulat yang sudah ditebang,
kayu gergajian, dan produk peralatan dari kayu di dalam penyimpanan maupun
dalam pemakaian. Serangan ditandai dengan adanya lubang-lubang atau gerekan
menyerupai saluran di permukaan kayu. Akibatnya penampilan kayu kurang menarik
dan kekuatannya menjadi menurun. 2. Faktor Non biologis 1. Cuaca Permukaan kayu
yang berhubungan langsung dengan kondisi lingkungan luar tanpa adanya
perlindungan atau pelapisan bagian luar seperti cat dan vernis dapat mengalami
kerusakan. Kerusakan itu biasanya disebut pelapukan. 2. Api Api merupakan salah
satu faktor nonbiotik, yang juga banyak menyebabkan kerusakn kayu. Sifat mudah
terbakar adalah hambatan utama dalam penggunannya sebagai bahan bangunan.
Kenyataan telah membuktikan bahwa kayu adalah bahan bangunan primer yang akan
terbakar dan menyala pada suhu bakarnya. Karena itu, penggunaan kayu secara
luas dan tanpa adanya batas (sekat) dalam pembuatan konstruksi gedung atau
bangunan lainnya perlu dihindari. Sebab-sebab terbakarnya kayu yang tidak
dilindungi pada suhu rendah oleh sumber kebakaran tergantung pada spesiesnya,
tetapi lebih ditentukan oleh faktor seperti derajat kekeringan, suhu dari
sumber panas, lamanya kena panas, ukuran dan bentuk kayu, serta detail dari
konstruksi. D. Pengawetan kayu Pengawetan kayu merupakan suatu cara untuk
meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan faktor biologis penyebab kerusakan
kayu. Caranya adalah dengan memasukan bahan kimia beracun ke dalam kayu, yang
mengganggu kehidupan biologi tersebut sehingga kayu menjadi kebal terhadap
serangan organisme dan usia pakainya menjadi lebih lama dari sebelum diawetkan.
Jenis bahan pengawet yang beredar di pasaran ada berbagai macam, sehinga dalam
memilih bahan pengawet harus diperhatikan beberapa hal antara lain: efikasi
kayu terhadap organisme perusak, cara pengawetan yang akan dilakukan, ketahanan
melekat di kayu, sifat korositas, aman terhadap manusia dan hewan ternak serta
lingkungan, mudah penanganan dan harganya murah. Cara pengawetan kayu
berpengaruh terhadap hasil pengawetan kayu. Secara umum pengawetan kayu dibagi
ke dalam dua cara yaitu cara pengawetan dengan tekanan dan tanpa tekanan. Cara
pengawetan dengan tekanan menggunakan peralatan tertutup seperti tangki yang
mampu menahan tekanan tertentu, seperti cara pengawetan secara sel penuh. Cara
pengawetan tanpa pengawetan dapat dilakukan dengan perendaman, difusi dan
pelaburan. Cara pengawetan dengan tekanan hasilnya biasanya lebih baik dari
tanpa tekanan, akan tetapi biaya dan peralatan yang digunakan lebih mahal. Cara
ini cocok dilakukan untuk mengawetkan kayu yang dalam pemakaiannya memilki
resiko kerusakan tinggi seperti bantalan kerta api, kayu dermaga, tiang
listrik, menara pendingin, pemakaian lain yang berhubungan langsung dengan
tanah, serta untuk mengawetkan kayu yang sulit ditembus bahan pengawet terutama
bahan pengawet yang tidak mudah luntur. Cara pengawetan tanpa tekanan pada
umunya hasilnya kurang begitu baik dibandingkan dengan cara tekanan karena
penembusannya lebih rendah namun masih dapat memenuhi syarat yang baik retensi
maupun penembusan tergantungan tujuan pemakaian. Keberhasilan suatu bahan
pengawetan kayu diukur berdasarkan besarnya retensi dan penetrasi bahan aktif
pengawet di dalam kayu yang diawetkan. Jenis-jenis kayu disusun berdasarkan
nama perdagangan
-------------------------------------------------------------------------------------------
| No.| Nama Perdagangan/Trade Name | Nama Botani/Botanical name | Suku/Family |
-------------------------------------------------------------------------------------------
| 1.| Agathis/Damar putih | Agathis alba Foxw. |Araucariaceae | | 2 | Damar
pilau | Agathis borneensis Warb. |Araucariaceae | | 3.| Akasia/Pilang | Acacia
leucophloea Willd. |Mimosaceae | | 4.| Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae | |
5.| Ambacang/Binjai | Mangifera caesia Jack. |Anacardiaceae | | 6.| Ampupu |
Eucalyptus alba R. |Myrtaceae | | 7.| Andalas | Morus macroura Miq. |Moraceae |
| 8.| Anggerit | Neonauclea lanceolata Merr. |Rubiaceae | | 9.| Anggerung besar
| Trema orientalis Bl. |Ulmaceae | | 10.| Angsana kembang/Linggua | Pterocarpus
indicus Willd. |Papilionaceae | | 11.| Angsana keling/Sono keling | Dalbergia
sissoides Grah. |Papilionaceae | | 12.| Api-api | Avicennia spp. |Verbenaceae |
| 13.| Ara | Ficus indica L. |Moraceae | | 14.| Ares/Benuang laki/Takir |
Duabanga moluccana Bl. B. |Sonneratiaceae | | 15.| Aro/Kiyara koneng | Ficus
annulata Bl. |Moraceae | | 16.| Aser/Kayu dada putih | Acer niveum Bl.
|Aceraceae | | 17.| Babi k. | Crypteronia spp. |Cryteroniaceae | | 18.|
Bakalaung | Maducha spp. |Sapotaceae | | 19.| Bakau | Rhizophora spp.
|Rhizophoraceae | | 20.| Balau | Hopea spp. |Dipterocarpaceae | | 21 | Balau
penyau | Upunan borneensis Sym. |Dipterocarpaceae | | 22.| Balau merah/Benuas |
Shorea kunstleri King. |Dipterocarpaceae | | 23.| Balam | Payena spp.
|Sapotaceae | | 24.| Balam lengiao | Knema spp. |Myristiaceae | | 25.| Balsa |
Ochroma spp. |Bombaceae | | 26.| Banen k. | Crypteronia spp. |Crypteroniaceae |
| 27.| Bangku/Ketiau | Ganua motleyana Pierre. |Sapotaceae | | 28.| Banteng
k./Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae | | 29.| Bangkirai |
Shorea laevifolia Endert. |Dipterocarpaceae | | 30.| Bangkong k./Bancet |
Turpinia sphaerocarpa Hassk. |Staphyleaceae | | 31.| Baniran/Menteng monyet |
Neoscortechinia kingii Hoffm. |Euphorbiaceae | | 32.| Banio/Meranti merkujang |
Shorea leptocladus Sym. |Dipterocarpaceae | | 33.| Balok | Vitex spp.
|Verbenaceae | | 34.| Banitan/Kayu bulan | Polythia glauca Boerl. |Annonaceae |
| 35.| Baros | Manglietia glauca Boerl. |Magnoliaceae | | 36.| Batu
k./Delingsem | Homalium spp. |Flacounteaceae | | 37.| Bawang k./Surian bawang |
Melia exelsa Jack. |Meliaceae | | 38 | Mimba | Azadinachta indica A.Juss.
|Meliaceae | | 39 | Mindi | Melia azedarach Lin. |Meliaceae | | 40.| Bawang
hutan k./Kulim | Scorodocarpus borneensis Becc. |Olacaceae | | 41.| Bawai |
Parasianthes minahasae |Mimosaceae | | 42.| Bayur | Pterospermum spp.
|Sterculiaceae | | 43.| Bias/Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae
| | 44.| Bedaru/Daru-daru | Cantleya corniculata Howard. |Icacinaceae | | 45.|
Belangiran | Shorea belangeran Burck. |Dipterocarpaceae | | 46.| Belian/Ulin |
Eusideroxylon zwageri T.et.B |Lauraceae | | 47.| Bengkal puri | Neonauclea
orientalis L. |Rubiaceae | | 48.| Bengkal udang | Neonauclea subdita Merr.
|Rubiaceae | | 49.| Benua | Macaranga spp. |Euphorbiaceae | | 50.| Beruas |
Garcinia celebica L. |Guttiferae | | 51.| Benuas | Shorea laevifolia Endert.
|Dipterocarpaceae | | 52.| Benuas lebar daun | Shorea kunstleri King.
|Dipterocarpaceae | | 53.| Bengang | Neesia spp. |Bombaceae | | 54.| Bentaos |
Wrightia spp. |Apocynaceae | | 55.| Bentawas | Wrightia spp. |Apocynaceae | |
56.| Berangan pagar anak | Castanopsis acuminatissima A.Dc. |Fagaceae | | 57.|
Berangan saninten | Castanopsis argentea A.Dc. |Fagaceae | | 58.| Berangan eha
| Castanopsis buruana Miq. |Fagaceae | | 59.| Berangan gundul | Castanopsis
sumatrana A.DC. |Fagaceae | | 60.| Berumbung/Lasi | Adina fagifolia Val.
|Rubiaceae | | 61.| Besi k./Belian/Ulin | Eusideroxylon zwageri T.et.B
|Lauraceae | | 62.| Binuang | Octomeles sumatrana Miq. |Daticaceae | | 63.|
Binuang laki | Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae | | 64.| Binong |
Tetrameles nudiflora R.Br. |Daticaceae | | 65.| Bintangur | Calophyllum spp.
|Guttiferae | | 66.| Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae | |
67.| Bipa k./Keresak bulu | Pterygota forbesii F.V. Muell. |Sterculiaceae | |
68.| Bitis k. | Palaquium ridleyi K.et.G |Sapotaceae | | 69.| Bowoi |
Parasianthes minahassae |Mimosaceae | | 70.| Boboy | Parasianthes minahassae
|Mimosaceae | | 71.| Bogang | Neesia spp. |Bombaceae | | 72.| Bogem/Perepat
laut | Sonneratia alba Smith. |Sonneratiaceae | | 73.| Bogin/Bongin/Pauh kijang
| Irvingin malayana Oliv. |Simarubaceae | | 74.| Buah k. | Crypteronia spp.
|Cryptenoniaceae | | 75.| Bugis k. | Koordersiodendron pinnatum Merr.
|Anacardiaceae | | 76.| Buluh/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae | |
77.| Bulan k. | Endospermum spp. |Euphorbiaceae | | | | Xanthophylum spp. |- |
| 78.| Bungur | Lagerstoemia spp. |Lythraceae | | 79.| Butun | Barringtonia
app. |Lecythidaceae | | 80.| Buta-buta | Excoecaria agallocha L. |Euphorbiaceae
| | 81.| Candu k. | Fraxinus griffithii Olarke. |Olaceae | | 82.| Cangcaratan |
Neonauclea calycina Merr. |Rubiaceae | | 83.| Copot | Camnosperma spp.
|Anacardiaceae | | 84.| Camantan/Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae | | 85.|
Cemara laut | Casuarina equsetifolia Forst |Casuarinaceae | | 86.| Cemara
gunung | Casuarina junghuhniana Miq. |Casuarinaceae | | 87.| Cempaga/Teki |
Dysoxylum spp. |Meliaceae | | 88.| Cempaka hutan | Elmerrilla ovalis Dandy.
|Magnoliaceae | | 89 | Manglid | Michelia velutina Bl. |Magnoliaceae | | 90.|
Cempaka/Wasian | Elmerrilla celebica Dandy. |Magnoliaceae | | 91.| Cengal |
Hopea sangal Korth. |Dipterocarpaceae | | 92.| Cendana | Santalum album Lann.
|Santalaceae | | 93.| Cange/Cingo/Kitenjo | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae |
| 94.| Cina k./Sampinur/Melur | Dacrydium elatum Wall. |Podocarpaceae | | 95.|
Cingo/Cenge | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae | | 96.| Coromandel/Kayu hitam |
Diospyros celebica Bakh. |Ebenaceae | | 97.| Dahu | Dracontomelon dao Merr et.Polfe.
|Anacardiaceae | | 98.| Damar malili | Agathis hammii M.Dr. |Araucariceae | |
99.| Damar merah | Agathis loranthifolia Salisb. |Araucariceae | |100.| Damar
daging | Agathis beccarii Warb. |Araucariceae | |101.| Damar putih/Agathis |
Agathis alba Foxw. |Araucariceae | |102.| Damar buah | Shorea gibbosa Brandis.
|Dipterocarpaceae | |103.| Damar kedontang | Shorea bracteolata Dyer.
|Dipterocarpaceae | |104.| Damar laut/Merawan seluai | Hopea dryobalanoides
Miq. |Dipterocarpaceae | |105.| Damar maja | Shorea virescens Parijs.
|Dipterocarpaceae | |106.| Damar mesegar | Shorea sororia V.Sl.
|Dipterocarpaceae | |107.| Damar munsarai | Shorea retinodes V.Sl.
|Dipterocarpaceae | |108.| Damar pakit | Shorea acuminatissima Sym.
|Dipterocarpaceae | |109.| Damar siput | Shorea faguetiana Heim.
|Dipterocarpaceae | |110.| Damar tanduk | Shorea multiflora Sym.
|Dipterocarpaceae | |111.| Damar tenang | Shorea koordesii Brandis.
|Dipterocarpaceae | |112.| Damar tunam | Shorea lamellata Foxw.
|Dipterocarpaceae | |113.| Daru-daru | Cantleya corniculata Howard.
|Icacinaceae | |114.| Damuli/Tempinis | Sloetia elongata Kds. |Moraceae |
|115.| Dahu besar daun | Dracontomelon mangiferum Bl. |Anacardiaceae | |116.|
Dahu kecil daun | Dracontomelon dao Merr. |Anacardiaceae | |117.| Delingsem/K.
Batu | Homalium tomentosum Benth. |Flacourtiaceae | |118.| Duabanga/Ares/Takir
| Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae | |119.| Duhat | Eugenia cumini Druce.
|Myrtaceae | |120.| Dungun/Atung laut | Heritiera littoralis Dry.
|Sterculiaceae | |121.| Dungun darat | Tarrietia javanica Bl. |Sterculiaceae |
|122.| Durian | Durio zibethinus Murr. |Bombaceae | |123.| Durian burung |
Durio carinatus Mast. |Bombaceae | |124.| Durian daun | Durio oxleyanus Grifi.
|Bombaceae | |125.| Ebony | Diospyros spp. |Ebenaceae | |126.| Empelas
batu/Penjalinan | Celtis spp. |Ulmaceae | |127.| Engulas | Celtis spp.
|Ulmaceae | |128.| Ampupu/Eucaliptus | Eucalyptus spp. |Myrtaceae | |129.|
Gadog/Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae | |130.| Gaharu buaya |
Gonystylus hankenbergii Diels. |Thymelaeaceae | |131.| Gaharu hitam |
Gonystylus macrophyllus A.Shaw. |Thymelaeaceae | |132.| Gaharu laka | Aetoxylon
sympetalum A.Shaw. |Thymelaeaceae | |133.| Galedupa, k. | Sindora galedupa
Prain. |Caesalpiniaceae | |134.| Gambir, k. | Trigonopleura malayana Hook.f.
|Euphorbiaceae | |135.| Gardenia | Gardenia spp. |Rubiaceae | |136.|
Gelam/Sitepung/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae | |137.|
Gempol/Bengkal | Nauclea orientalis L. |Rubiaceae | |138.| Gerok ayam/Terentang
| Buchanania arborescena Bl. |Anacardiaceae | |139.| Gerunggang | Cratoxylon
arborescena Blume. |Guttiferae | |140.| Getah hangkang | Palaquium leiocarpum
Bl. |Sapotaceae | |141.| Getah perca | Palaquium gutta Baill. |Sapotaceae |
|142.| Getah sundai | Payena leerii Kurz. |Sapotaceae | |143.| Giam padi |
Cotylelobium malayanum V.Sl. |Dipterocarpaceae | |144.| Giam tembaga |
Cotylelobium melanoxylon Pierre. |Dipterocarpaceae | |145.| Giam hulodere |
Vatica flavovirens V.Sl. |Dipterocarpaceae | -------------------------------------------------------------------------------------------
SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu
merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan
tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan
bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini
diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya. A.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses
untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa
sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan
kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat
kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan
penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit
didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Kayu berasal dari berbagai jenis
pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon,
kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu
yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua
jenis kayu yaitu: 1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe
bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa
selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). 2.
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial). 3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. 4. Kayu dapat diserang oleh hama dan
penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering. B. Sifat Fisik Kayu
1. Berat dan Berat Jenis Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu,
rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu
berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda,
berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya
makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. 2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu
dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan
adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak
kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi
kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal. 3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu
yang berbeda-beda. 4. Tekstur Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.
Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh:
giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan
kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll). 5. Arah Serat Arah serat
adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat
dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin
dan serat diagonal (serat miring). 6. Kesan Raba Kesan raba adalah kesan yang
diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin,
berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur
kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu. 7. Bau dan Rasa Bau dan rasa
kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis
kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut,
sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang
(kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb. 8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang
membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. 9. Higroskopis Kayu
mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban
udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium
Moisture Content). 10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari : a. Sifat
akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu. b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat
adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik,
sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar,
biola dll). 11. Daya Hantar Panas Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga
kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung
dengan sumber panas. 12. Daya Hantar Listrik 13. Pada umumnya kayu merupakan
bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini
dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan
sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum
(kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
C. Sifat Mekanik Kayu 1. Keteguhan Tarik Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu
untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam
keteguhan tarik yaitu : a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan b. Keteguhan
tarik tegak lurus arah serat. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan
tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil
daripada kekuatan tarik sejajar arah serat. 2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu : a. Keteguhan tekan sejajar arah
serat dan b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat. Pada semua kayu, keteguhan
tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian
lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu : a. Keteguhan geser
sejajar arah serat b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan c. Keteguhan
geser miring Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada
keteguhan geser sejajar arah serat. 4. Keteguhan lengkung (lentur) Keteguhan
lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban
pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu : a. Keteguhan lengkung statik,
yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan. b.
Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara mendadak. 5. Kekakuan Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus
elastisitas. 6. Keuletan Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah
tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau
tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. 7.
Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu. 8. Keteguhan
Belah Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah
sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial. Ukuran yang
dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu
secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok : a. Faktor luar
(eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang
disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu. b. Faktor dalam kayu (internal):
BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb. D. Macam Penggunaan Kayu Penggunaan kayu
untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang
bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang
mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat
dikemukan sebagai berikut : 1. Bangunan (Konstruksi) Persyaratan teknis : kuat,
keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi. Jenis kayu :
balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara,
rasamala. 2. Veneer biasa Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar,
bulat, bebas cacat dan beratnya sedang. Jenis kayu : meranti merah, meranti
putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang. 3. Veneer mewah Persyaratan teknis :
disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif. Jenis kayu : jati,
eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru,
sonokembang. 4. Perkakas (mebel) Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi
stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan
dikerat. Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling,
sonokembang, ramin. 5. Lantai (parket) Persyaratan teknis : keras, daya abrasi
tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat. Jenis kayu : balau, bangkirai,
belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku. 6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet. Jenis kayu : balau, bangkirai,
belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin. 7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat
halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet. Jenis kayu : agathis, bedaru,
melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling. 8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya
resonansi baik. Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni. 9.
Alat Gambar Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih. Jenis
kayu : jelutung, melur, pulai, pinus. 10. Tong Kayu (Gentong) Persyaratan
teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau. Jenis kayu : balau,
bangkirai, jati, pasang. 11. Tiang Listrik dan Telepon Persyaratan teknis :
kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus. Jenis kayu : balau, giam
jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin. 12. Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah
dan berwarna gelap. Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka,
eboni. 13. Korek Api Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup
kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak). Jenis kayu :
agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus. 14.
Pensil Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok,
warna agak merah, berserat lurus. Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15. Moulding Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah
dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif. Jenis kayu :
jelutung, pulai ramin, meranti dll. 16. Perkapalan Lunas Persyaratan teknis :
tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : ulin, kapur. Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis
kayu : bangkirai, bungur, kapur. Senta Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak
mudah pecah, tahan binatang laut. Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur. Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut. Jenis
kayu : bangkirai, bungur, meranti merah. Bangunan dan dudukan mesin Persyaratan
teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin. Jenis
kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai. Pembungkus as
baling-baling Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo. Popor Senjata Persyaratan teknis : ringan,
liat, kuat, keras, dimensi stabil. Jenis kayu : waru, salimuli, jati. Sumber :
1. Nama-nama Kesatuan Untuk jenis-jenis Pohon Jang Penting di Indonesia.
Pengumuman Istimewa Balai Penyelidikan Kehutanan No. 6. 1952. Balai
Penyelidikan Kehutanan. Djawatan Kehutanan, Kementerian Pertanian. 2.
Jenis-jenis Kayu Komersiil di Indonesia. Edisi Khusus No 38A. 1983. Direktorat
Bina Program, Direktorat Jenderal Kehutanan. 3. 400 Jenis Pohon Indonesia dan
Index. Pusat Dokumentasi Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1975 4. Plant
Resources of South-East Asia : Basic List of Species and Commodity Grouping;
Final Version. Prosea, 1993) 5. Tree Flora of Indonesia.Badan Litbang
Departemen Kehutanan, 1989. 6. 4000 Jenis Pohon di Indonesia dan Index.Badan
Litbang Departemen Kehutanan, 1993. 7.Kayu Perdagangan Indonesia, Sifat dan
kegunaannya,LPHH,Balitbang,Departemen pertanian,1979 DATA HASIL SURVAY DI
LAPANGAN JENIS KAYU ASAL KAYU HARGA KAYU Meranti Minas Rp. 1.150.000/kubik
Balam Lipat kain Rp. 1.600.000/kubik Kulim Perawang Rp. 2.900.000/kubik Merbau
Sorek Rp. 2.600.000/kubik Sungkai - Rp. 1.800.000/kubik Rengas - Rp.
1.150.000/kubik Durian - Rp. 1.150.000/kubik Bayur - Rp. 1.600.000/kubik
Tembusu - Rp. 5.000.000/kubik Golong-golong - Rp. 5.000/batang Kayu bor - Rp.
13.000/batang Tips Memilih Kayu yang Bagus : Ø Di lihat padat Ø Tidak terlalu berat Ø Arah serat dan bentuk kayu harus lurus Ø Tidak ada cacat kayu Ø Kulit kayu yang tertinggal tidak ada Ø Kayu harus kering/ kadar air rendah Ø Kulit kayu yang tertinggal tidak ada Ø Kayu harus kering/ kadar air rendah DATA HASIL SURVAY DI
LAPANGAN JENIS KAYU ASAL KAYU HARGA KAYU Meranti Minas Rp. 1.150.000/kubik
Balam Lipat kain Rp. 1.600.000/kubik Kulim Perawang Rp. 2.900.000/kubik Merbau
Sorek Rp. 2.600.000/kubik Sungkai - Rp. 1.800.000/kubik Rengas - Rp.
1.150.000/kubik Durian - Rp. 1.150.000/kubik Bayur - Rp. 1.600.000/kubik
Tembusu - Rp. 5.000.000/kubik Golong-golong - Rp. 5.000/batang Kayu bor - Rp. 13.000/batang
Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi
Mengenal Jenis dan Ciri Kayu
untuk Bahan Konstruksi,Kayu merupakan salah satu material bahan bangunan
yang sering digunakan dalam konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri
tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis,
kerapatan, dan kekuatan.
Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis kayu lainnya.
Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis kayu lainnya.
Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi
![]() |
KAYU JATI
|
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
![]() |
KAYU MERBAU
|
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
![]() |
KAYU
BANGKIRE/YELLOW BALAU
|
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
![]() |
KAYU KAMPER
|
kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
![]() |
KAYU KELAPA
|
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
![]() |
KAYU MERANTI
MERAH
|
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
![]() |
KAYU KARET
|
Botanical Name: Hevea brasiliensis
Family Name: Euphorbiaceae
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi
![]() |
KAYU GELAM
|
Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,
Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.
![]() |
KAYU ULIN
|
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
![]() |
KAYU AKASIA
|
Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.
SIFAT DAN KEGUNAAN 120 JENIS KAYU
PERDAGANGAN INDONESIA
PENGANTAR
Sumber Data dan Informasi yang tertuang dalam tulisan ini diambil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.
PENGERTIAN
Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur.
Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.
Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya.
Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.
KEGUNAAN
Artinya angka kegunaan pada lajur 7 adalah sebagai berikut :
PENGANTAR
Sumber Data dan Informasi yang tertuang dalam tulisan ini diambil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.
PENGERTIAN
Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur.
Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.
Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya.
Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.
KEGUNAAN
Artinya angka kegunaan pada lajur 7 adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
2. Kayu lapis 3. Mebel 4. Lantai 5. Papan dinding 6. Bantalan 7. Rangka pintu dan jendela 8. Bahan pembungkus 9. Alat olah raga dan musik 10. Tiang listrik dan telepon |
11. Perkapalan
12. Patung, ukiran & kerajinan tangan 13. Finir mewah 14. Korek api 15. Pulp 16. Alat gambar 17. Potlot / Pensil 18. Arang 19. Obat-obatan 20. Moulding |
PENYEBARAN
Arti angka penyebaran dalam lajur 6 adalah sebagai berikut :
1. Sumatera
2. Jawa
3. Kalimantan
4. Sulawesi
5. Maluku
6. Nusa Tenggara
7. Irian Jaya
Arti angka penyebaran dalam lajur 6 adalah sebagai berikut :
1. Sumatera
2. Jawa
3. Kalimantan
4. Sulawesi
5. Maluku
6. Nusa Tenggara
7. Irian Jaya
No.
|
Jenis Kayu
|
B.J. Rata2
|
Kelas Awet
|
Kelas Kuat
|
Penyebaran
|
Kegunaan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
Agathis
|
0,49
|
IV
|
III
|
1,2,3,4,5,7
|
1,2,3,7,8,9,14,15,17
|
2
|
Anpupu
|
0,89
|
III,I
|
II,I
|
5,6
|
1,4,5,6,10,11
|
3
|
Bakau
|
0,94
|
III
|
I,II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,15
|
4
|
Balau
|
0,98
|
I
|
I,II
|
1,3,4
|
1,4,6,10,11
|
5
|
Balsa
|
-
|
V
|
V
|
2
|
9,12
|
6
|
Bayur
|
0,52
|
IV
|
II,III
|
1,2,3,4,5,6
|
1,2,3,7,11,12
|
7
|
Bangkirai
|
0,91
|
1,II,III
|
I,II
|
3
|
1,2,3,4,6,11
|
8
|
Bedaru
|
1,84
|
I
|
I
|
1,3
|
1,3,6,9,11,12
|
9
|
Belangeran
|
0,86
|
II,I,III
|
I,II
|
1,3
|
1,3,4,6,7,11
|
10
|
Benuang
|
0,33
|
V
|
IV,V
|
1,3,4,5
|
2,8,14,15
|
11
|
Benuang Laki
|
0,39
|
IV,V
|
IV,V
|
2,3,4,5,6,7
|
1,2,5,8,11
|
12
|
Berumbung
|
0,85
|
II
|
II,I
|
1,3
|
1,3,4,5,9,11,12,20
|
13
|
Bintangur
|
0,78
|
III
|
II,III
|
1,2,3,4,5,6
|
1,2,3,4,5,6
|
14
|
Bongin
|
1,82
|
III
|
I
|
1,3
|
1,3,4,13
|
15
|
Bugis K.
|
0,88
|
III,IV
|
II,III
|
3,4,5,7
|
1,3,4,5,6,7,11,20
|
16
|
Bungur
|
0,88
|
II,III
|
I,II
|
1,2,3,4,5,6
|
1,3,4,5,6,7,11
|
17
|
Cemara
|
-
|
II,III
|
I,II
|
1,2,4,5,6,7
|
1,4,5,6,10,11,18
|
18
|
Cempaga
|
0,71
|
II,III
|
II
|
1,2,3,4,5,6
|
1,2,3,4,5,6,9,10,11
|
19
|
Cempaka
|
-
|
II
|
III,IV
|
1,2,3,4,5,7
|
1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20
|
20
|
Cendana
|
0,84
|
II
|
II,I
|
2,6
|
12,19
|
21
|
Cengal
|
0,70
|
II,III
|
II,III
|
1,2
|
1,2,3,4,5,6,7,11
|
22
|
Dahu
|
0,58
|
IV
|
III,IV
|
1,2,3,4,5,7
|
3,4,5,13
|
23
|
Durian
|
0,64
|
IV,V
|
II,III
|
1,2,3,4,5
|
1,2,8
|
24
|
Ebony
|
1,05
|
I
|
I
|
4,5
|
3,12,13
|
25
|
Gadok
|
0,75
|
III,II
|
II,III,I
|
1,2,4,5,6,7
|
1,4,5,11
|
26
|
Gelam
|
-
|
III
|
II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,4,5,6,10,11,18
|
27
|
Gerunggang
|
0,47
|
IV
|
III,IV
|
1,3,4,5
|
1,2,8
|
28
|
Gia
|
0,91
|
I,IV
|
I,II
|
3,4,5,7
|
1,4,5,6,10,11
|
29
|
Giam
|
0,99
|
I
|
I
|
1,3
|
1,4,6,10,11
|
30
|
Gisok
|
0,83
|
II,III
|
II,I
|
1,3
|
1,2,3,4,5,7,11
|
31
|
Gofasa
|
0,74
|
II,III
|
II,III
|
4,5,7
|
1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20
|
32
|
Jabon
|
0,42
|
V
|
III,IV
|
1,2,3,4,5,6
|
2,8,14,15
|
33
|
Jangkang
|
0,63
|
IV,V
|
III,II
|
1,3,4,5,7
|
2,5,7,8,12,20
|
34
|
Jati
|
0,70
|
I,II
|
II
|
2,4,6
|
1,3,4,5,6,10,11,12,13
|
35
|
Jelutung
|
0,40
|
V
|
III,V
|
1,3
|
2,8,12,16,17,20
|
36
|
Jeungjing
|
0,33
|
IV,V
|
IV,V
|
1,5
|
1,2,8,14,15
|
37
|
Jobar
|
0,84
|
I,II
|
II,I
|
1,2
|
1,3,4,5,12,13,18
|
38
|
Kapuk Hutan
|
0,30
|
V
|
IV,V
|
1,2,4,5,6,7
|
2,8,14,15,20
|
39
|
Kapur
|
0,81
|
II,III
|
II,I
|
1,3
|
1,2,3,4,5,6,7,11
|
40
|
Kedunba
|
0,84
|
IV
|
III
|
1,3
|
1,2,3,4,5,6,7,20
|
41
|
Kemenyan
|
0,57
|
IV,V
|
III,II
|
1,2
|
1,2,5,8,12,14,17,20
|
42
|
Kemeri
|
0,31
|
V
|
IV,V
|
1,2,4,5
|
2,8,14,15
|
43
|
Kempas
|
0,95
|
III,IV
|
I,II
|
1,3
|
1,2,4,6
|
44
|
Kenanga
|
0,33
|
V
|
IV,V
|
1,2.4,5,7
|
2,8,12,14,15,20
|
45
|
Kenari
|
0,55
|
IV
|
III
|
1,2,3,4,5,6
|
1,2,4,5,7
|
46
|
Keruing
|
0,79
|
III
|
I,II
|
1,2,3
|
1,2,4,5,6,11
|
47
|
Keranji
|
0,98
|
I
|
I,II
|
1,2,3
|
1,2,4,5,6,7,11
|
48
|
Kesambi
|
0,01
|
III
|
I
|
2,4,5,6
|
1,4,5,6,11,18
|
49
|
Ketapang
|
-
|
III,IV
|
II,III
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,3,4,5,7,8,11,14,20
|
50
|
Kolaka
|
0,96
|
III
|
I
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,4,5,6,11
|
51
|
Kuku
|
0,87
|
II
|
I
|
1,3,4,5,7
|
3,4,5,11,13
|
52
|
Kulim
|
0,94
|
I,II
|
I
|
1,3
|
1,2,4,6,10,11
|
53
|
Kupang
|
-
|
II,IV
|
II,III
|
1,2,3,4,5
|
1,2,3,4,5,7,11,13,20
|
54
|
Lara
|
1,15
|
I
|
I
|
4,5
|
1,4,6,10,11
|
55
|
Lasi
|
0,01
|
II
|
II
|
4,5
|
1,3,4,5,12,13
|
56
|
Leda
|
0,57
|
IV,V,II
|
II,IV
|
4,5
|
1,2,5,7,8,10,11,20
|
57
|
Mahang
|
-
|
IV,V
|
II,IV
|
1,2,3
|
1,2,5,7,8,14,15,20
|
58
|
Mahoni
|
0,64
|
III
|
II,III
|
2
|
1,2,3,4,5,7,11,12
|
59
|
Malas K.
|
1,04
|
II,III
|
I
|
1,3
|
1,4,5,6,11,18
|
60
|
Matoa
|
0,77
|
III,IV
|
II,I,III
|
1,2,4,5,6,7
|
1,3,4,7,11
|
61
|
Medang
|
-
|
III,IV
|
II,V
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,3,4,5,7,8,11,12,20
|
62
|
Melur
|
0,52
|
IV
|
II,IV
|
1,2,3,4,5,5,7
|
1,2,3,4,5,7,9,16,17
|
63
|
Membacang
|
-
|
II,V
|
II,III
|
1,2,3,4,5,5,7
|
2,5,8,12,14,20
|
64
|
Mendarahan
|
-
|
V
|
II,IV
|
1,2,3
|
2,5,7,8,20
|
65
|
Menjalin
|
-
|
V
|
I,III
|
1,2,3
|
1,2,5
|
66
|
Mensira G.
|
0,61
|
V
|
II,III
|
1,2,4,5,6,7
|
1,2,5,7,20
|
67
|
Mentibu
|
0,53
|
IV,V
|
III
|
1,3
|
1,2,7,8
|
68
|
Merambung
|
0,38
|
V
|
IV,V
|
1,2,3,4,5,6,7
|
2,8,14,15
|
69
|
Meranti M.
|
0,55
|
III,IV
|
II,IV
|
1,3,4,5
|
1,2,3,4,5,8,15
|
70
|
Meranti P.
|
0,54
|
III,IV
|
II,IV
|
1,3,4,5
|
1,2,3,4,5,8,15
|
71
|
Merawan
|
0,70
|
II,III
|
II,III
|
1,3
|
1,2,3,4,5,6,7,9,11
|
72
|
Merbau
|
0,88
|
I,II
|
I,II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,4,5,6,10,11
|
73
|
Merpayang
|
0,65
|
V
|
II,III
|
1,3
|
1,2,3,5,7,8,11,20
|
74
|
Mersawa
|
0,46
|
IV
|
II,III
|
1,3
|
1,2,4,5,11
|
75
|
Nyatoh
|
0,67
|
II,III
|
II,I,II
|
1,2,3,4,5,7
|
1,2,4,5,7,9,11
|
76
|
Nyirih
|
-
|
II,III
|
II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20
|
77
|
Pasang
|
-
|
II,IV
|
I,III
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,3,4,5,6,11,13,18
|
78
|
Patin K.
|
0,92
|
I
|
I,II
|
1
|
1,2,3,4,5,6,7,11,12
|
79
|
Pelawan
|
-
|
I,II
|
I
|
1,3
|
1,4,6,10,11,18
|
80
|
Perepat Darat
|
0,76
|
III
|
II
|
1,3
|
1,3,4,5,11
|
81
|
Perepat Laut
|
0,78
|
II,III
|
II,I
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,4,5,7,11
|
82
|
Perupuk
|
0,56
|
IV,V
|
II,III
|
1,3,4
|
1,2,3,8,14,15
|
83
|
Petaling
|
0,91
|
I,II
|
I,II
|
1,3
|
1,4,5,6,9,10,11
|
84
|
Petanang
|
0,75
|
III
|
II
|
1
|
1,4,5,6,11
|
85
|
Pilang
|
0,79
|
III
|
II
|
2,6
|
1,2,3,4,5
|
86
|
Pimping
|
-
|
III,IV
|
I,II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,5,6,8,11,14,20
|
87
|
Pinang K.
|
0,66
|
III,IV
|
II,III
|
1,3
|
1,2,3,4,5,7,11,20
|
88
|
Pulai
|
0,46
|
III,V
|
IV,V
|
1,2,3,4,5,6,7
|
2,8,12,14,15,16,20
|
89
|
Punak
|
0,76
|
III,IV
|
II
|
1,3
|
1,2,3,4,5,7,11,20
|
90
|
Puspa
|
-
|
III
|
II
|
1,2,3
|
1,2,4,5,10,11,18
|
91
|
Putat
|
-
|
II,III
|
I,II
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,3,4,5,6,7,11,18
|
92
|
Ramin
|
0,63
|
IV
|
II,III
|
1,3
|
1,2,3,4,5,7,20
|
93
|
Rasamala
|
0,81
|
II,III
|
II
|
1,2
|
1,4,5,7,10,11
|
94
|
Rengas
|
0,69
|
II
|
II
|
1,2,3
|
3,4,5,6,12,13
|
95
|
Resak
|
0,70
|
III
|
II
|
1,3,5,7
|
1,2,4,6,7,11
|
96
|
Salimuli
|
0,64
|
I,II
|
II,III
|
2,5,6
|
3,4,9,12
|
97
|
Sampang
|
-
|
V
|
III,IV
|
1,2,3
|
2,5,7,8,12,14,15,20
|
98
|
Saninten
|
0,76
|
III
|
II
|
1,2
|
1,4,5,7
|
99
|
Sawokecik
|
1,03
|
I
|
I
|
1,2,4,5,6
|
3,4,5,9,12,13,20
|
100
|
Sendok-sendok
|
0,45
|
V
|
III,II
|
1,3,5,7
|
2,5,8,12,14,15,20
|
101
|
Simpur
|
-
|
III,V
|
I,III
|
1,2,3,4
|
1,2,3,4,5,11,18
|
102
|
Sindur
|
-
|
II,V
|
II,III
|
1,3,4,5
|
1,2,3,4,5,7,11
|
103
|
Sonokeling
|
0,90
|
I
|
II
|
2
|
3,4,5,9,12,13
|
104
|
Sonokembang
|
0,65
|
II,I,II
|
II,I,II
|
1,2,4,5,6
|
1,3,4,5,12,13
|
105
|
Sungkai
|
0,63
|
III
|
II,III
|
1,2,3
|
1,3,4,5,12,13
|
106
|
Surian
|
-
|
III,V
|
III,IV
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,3,5,7,8,11,12
|
107
|
Surianbawang
|
0,60
|
II,IV
|
II,III
|
1,3,5,7
|
1,2,3,4,5,7,11,20
|
108
|
Tanjung
|
1,08
|
I,II
|
I
|
1,2,4,5,6
|
1,2,3,4,5,7,11
|
109
|
Tembesu
|
0,81
|
I
|
II
|
1,2,3
|
1,4,5,6,10,11
|
110
|
Tempimis
|
1,01
|
I
|
I
|
1,4
|
1,4,5,6,7,9,11
|
111
|
Tepis
|
-
|
IV,V
|
II,IV
|
1,3
|
1,2,3,5,7,14,20
|
112
|
Teraling
|
0,75
|
II,IV
|
II
|
1,2,4
|
1,2,3,4,5,7,9
|
113
|
Terap
|
0,44
|
III,V
|
III,V
|
1,2,3,4,5,6,7
|
1,2,5,8,11
|
114
|
Terentang
|
0,40
|
IV
|
III,IV
|
1,3
|
2,8,14,15
|
115
|
Trembesi
|
0,61
|
IV
|
III
|
1,2,4,5,6
|
1,2,3,4,5,7,11,12,13
|
116
|
Tualang
|
0,83
|
III,IV
|
II,I,II
|
1,3,4
|
1,2,3,4,5,7,11
|
117
|
Tusam
|
0,55
|
IV
|
III
|
1,2,4,6
|
1,2,8,14,15,16,17
|
118
|
Ulin
|
1,04
|
I
|
I
|
1,3
|
1,4,6,10,11
|
119
|
Walikukun
|
0,98
|
II
|
I
|
2,6
|
1,4,5,6,9,10,11,18
|
120
|
Weru
|
0,77
|
II
|
II,I
|
1,2,6
|
1,3,4,5,13
|
Sumber : Departemen Kehutanan
Republik Indonesia – http://www.dephut.go.id
Udah lama banget gak nulis blog, liat-liat tugas kuliah dulu
jadi pengen nulis lagi. Sekedar berbagi lagi nih masalah seputar kayu. Dulu
jaman kuliah suka dikasih tugas menggambar detail sambungan kayu di kertas
kalkir. Walau mungkin sekarang udah jarang ya kita temuin gambar manual di
kalkir, karna udah banyak banget software-softwar gambar seperti AutoCad,
ArchiCad, Google Scetch, dan software-sofftware grafis lainnya. Ditambah lagi
sekarang sudah menjamur konstruksi Baja ringan yang lagi populer sekarang, jadi
atap rumah, balok atap dan atap balkon sudah banyak yang beralih menggunakan
rangka baja ringan, karna menghitung segi awet dan kecepatan pekerjaan. Apalagi
di jaman bangunan minimalis sekarang, sepertinya penggunaan kayu untuk
konstruksi mulai berkurang. Tapi tetep kok masih banyak juga yang menggunakan
konstruksi kayu.
Langsung aja deh ke materi, berikut beberapa tipe sambungan dan hubungan kayu:
SAMBUNGAN KAYU
1. Sambungan bibir lurus
1. Sambungan bibir lurus
Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan
sambungan lemah karena masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk
batang yang seluruh permukaannya tertahan (contoh balok tembok/murplat).
Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk
penyambungan kayu pada arah memanjang. (biasanya digunakan untuk kayu balok
pada konstruksi bangunan ).
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang
timbul pada batang, dan seluruh permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat
dengan paku atau baut.
Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang
dipikul oleh kuda-kuda. Letak didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.
Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika
gaya tarik bekerja pada batang.

Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan
pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat
berikut.
· Jenis sambungan ini digunakan untuk konstruksi kuda-kuda
baik balok tarik maupun kaki kuda-kuda, karena menghasilkan kekuatan tarik
maupun desak yang baik.
· Letak pengunci pada balok tarik berada diatas, sedangkan
pada pada kaki kuda-kuda berada di atas.
· Pengunci akan menyebabkan momen sekunder pada sambungan,
oleh karena tidak diperkenankan menggunakan sambungan miring.
Sambungan kunci jepit dapat menetralisir momen sekunder yang
terjadi pada sambungan kunci sesisi. Kekuatan yang dihasilkan lebih baik, namun
kurang tepat digunakan untuk kuda-kuda.


8. Sambungan memanjang tegak lurus
Digunakan untuk tiang-tiang tinggi, yang dimensinya sulit didapatkan di pasaran.


9. Sambungan Kayu Melebar Lidah dan Alur
Type sambungan kayu melebar jenis LIDAH DAN ALUR ini biasa
digunakan pada jenis kayu melebar untuk konstruksi lantai dan konstruksi
dinding. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.
Type sambungan TAKIKAN LURUS RANGKAP ini biasa digunakan
pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat
berikut.
11. Sambungan Kayu Purus dan Lobang dengan Gigi Tegak
Type sambungan kayu PURUS DAN LOBANG DENGAN GIGI TEGAK ini
biasa digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah
lihat gambar berikut.
HUBUNGAN KAYU
Macam-macam hubungan kayu:
- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong
Langsung aja ya liat gambarnya,
- Hubungan penyiku

Macam-macam hubungan kayu:
- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong
Langsung aja ya liat gambarnya,
- Hubungan penyiku

- Hubungan silang dan lintang
Hubungan silang, digunakan untuk menghubungkan kayu yang
saling silang (vertikal dan horisontal). Sambungan lintang digunakan untuk
pemasangan bubungan/nok.

Hubungan Pen Lobang
Hubungan Pen lobang, digunakan untuk hubungan ambang atas
dengan tiang daun pintu.
Hubungan Serong
Hubungan serong, digunakan untuk hubungan antara kaki
kuda-kuda dengan balok tarik.
Nah itulah jenis-jenis tipe sambungan dan hubungan kayu.
Sebenarnya masih banyak lagi tipe-tipe sambungan kayu lainnya selain yang
disebutkan di atas. Tapi sambungan sambungan kayu di atas merupakan tipe
sambungan yang paling sering ditemui dalam konstruksi bangunan. Semoga
postingan ini bisa bermanfaat.

Konstruksi Kayu
Kayu
merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang
banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari
aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat
bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat relatif
sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari
bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Karena
berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita
jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh
maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan
beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan.
Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk
karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Kayu
merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air
kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika
dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari
bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena
struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban.
Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu
dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu. Ilustrasi kekuatan
serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.
8.1.1. Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan
Produksi
kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai
untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman
industri. Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian.
Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat
teknologi penggergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan
kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain sawing),
perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Sesuai
proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu
terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut
lebih kecil dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil
gergajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.
8.1.2. Pengeringan Kayu
Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200% - 300%.
Setelah ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap.
Mulanya air bebas atau air di luar serat (free water) yang menguap. Penguapan
ini masih menyisakan 25% - 35% kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam
serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama
beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln). Kayu dapat
dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda - kuda
biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air
kayu hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh
kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan
mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya.
8.1.3. Pengawetan Kayu
Proses ideal olah produk
kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara
merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam kayu agar
tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia
melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan.
8.1.4. Cacat Kayu
Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat
yang disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak
teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan
cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena
cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini
sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.

Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan
penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak,
crooking, bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang bulat)
karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.

Saat ini produk kayu sangat
beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok
maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir (veneer), papan
lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated
timber).
8.2.1. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
Secara singkat peraturan ini
dimaksudkan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan umum, aturan pemeriksaan
dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung konstruksi kayu hingga
tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga telah
dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan
klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.
8.2.2. Klasifikasi Produk Kayu
Penggolongan kayu dapat
ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat
klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat
satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain
adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di
perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait
dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang.
Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
§ Kayu
mutu kering udara
1.
Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
2.
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3.
Miring arah serat maksimum adalah 1/7
4.
Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4
tebal kayu
§ Kayu
mutu kering udara 15% - 30%
1.
Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
2.
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3.
Miring arah serat maksimum adalah 1/10
4.
Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5
tebal kayu
§ Konsekuensi
dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan
faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)
§
8.2.3. Kelas Kuat Kayu
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih
kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban
tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat
serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak
rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume /
berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada Gambar
8.7. dan Gambar 8.8.

Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang
dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu
sejajar (//) serat dan kekuatan kayu tegak lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat
pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan
tegangan ijin untuk perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah
memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10. Dalam buku Peraturan Konstruksi
Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan
ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel
8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.

8.2.4. Kelas Awet
Berdasarkan
pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I
(yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud
adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan
perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi
dari kadar air dan ancaman serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat
dikemukakan dalam Tabel 8.2.

Hampir semua sistem
struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar dapat dikelompokkan
ke dalam elemen linear yang membentang dua arah. Susunan hirarki sistem
struktur ini adalah khusus.
RANGKA RINGAN.
Sistem struktur
joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah konstruksi kayu yang paling banyak
digunakan pada saat ini. Sistem joists lanta terutama sangat berguna untuk
beban hidup ringan yang terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak
besar. Kondisi demikian umumnya dijumpai pada konstruksi rumah. Joists
pada umumnya menggunakan tumpuan sederhana karena untuk membuat tumpuan
vang dapat menahan momen diperlukan konstruksi khusus. Pada umumnya,
lantai dianggap tidak monolit dengan joists kecuali apabila digunakan
konstruksi khusus yang menyatukannya.
Sistem tumpuan
vertikal yang umum digunakan adalah dinding pemikul beban yang dapat
terbuat dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood). Dalam hal yang
terakhir ini, tahanan lateral pada susunan struktur secara keseluruhan
terhadap beban horizontal diperoleh dengan menyusun dinding berlapisan
plywood yang berfungsi sebagai bidangbidang geser. Struktur demikian pada
umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan ini tidak
hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena
persyaratan keamanan terhadap kebakaran yang umum diberikan pada
peraturan-peraturan mengenai gedung. Karena setiap elemen pada sistem
struktur ini diletakkan di tempatnya secara individual, maka banvak
fleksibilitas dalam penggunaan sistem tersebut, termasuk juga dalam
merencanakan hubungan di antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT
BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit
bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists standar [lihat
Gambar 8.9(b)]. Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok
memanjang sehingga sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam molekul
lentur. Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini
juga meningkat karena adanya penyatuan tersebut. Dengan demikian, tinggi
struktural akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem joist standar. Elemen
kulit bertegangan ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke
lokasi sebagai modul-modul. Kegunaannya akan semakin meningkat apabila
modul-modul ini dapat dipakai secara berulang. Elemen demikian dapat
digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga sistem plat lipat
berbentang besar.
BALOK BOKS.
Perilaku yang
diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis [lihat Gambar 8.9(c)]
memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan kondisi
pembebanan. Sistem yang demikian sangat berguna pada situasi bentang besar
atau apabila ada kondisi beban yang khusus. Balok boks dapat secara
efisien mempunyai bentang lebih besar daripada balok homogen maupun balok
berlapis. KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum sistem joists ringan banyak
digunakan, sistem balok kayu berat dengan papan transversal telah banyak
digunakan [lihat Gambar 8.9(e)]. Balok kayu berlapisan sekarang banyak
digunakan sebagai alternatif dari balok homogen. Sistem demikian dapat
mempunyai kapasitas pikul beban dan bentang lebih besar daripada sistem
joist. Sebagai contoh, dengan balok berlapisan, bentang yang relatif besar
adalah mungkin karena tinggi elemen struktur dapat dengan mudah kita
peroleh dengan menambah lapisan. Elemen demikian umumnya bertumpuan
sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang mampu memikul
momen dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
Rangka batang kayu
merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak digunakan karena
dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi dalam konfigurasi dan ukuran
batang. Rangka batang dapat dibuat tidak secara besar-besaran, tetapi
dapat dibuat secara khusus untuk kondisi beban dan bentang tertentu.
Sekalipun demikian, kita juga. membuat rangka batang secara besar-besaran
(mass production). Rangka batang demikian umumnya digunakan pada situasi
bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang tnissed rafter pada
Gambar 8.9(g) misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada
bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada Gambar 8.9(b) analog dengan
balok baja web terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya
untuk atap). Sistem penumpu vertikal pada struktur ini umumnya berupa
dinding batu atau kolom kayu. Tahanan terhadap beban lateral pada struktur
ini umumnya diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai
bidang geser. Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan,
pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan kestabilan
struktur terhadap beban lateral. Peningkatan kestabilan dengan menggunakan
titik hubung kaku dapat saja digunakan untuk struktur rendah, tetapi hal
ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL
PELENGKUNG
Banyak struktur plat
lengkung atau plat datar yang umumnya berupa elemen berbentang satu, yang
dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan struktur tersebut menggunakan kayu
lapis. Gambar 8.9(j) dan (k) mengilustrasikan dua contoh struktur itu.
PELENGKUNG
Bentuk pelengkung
standar dapat dibuat dari kayu. Elemen berlapisan paling sering digunakan.
Hampir semua bentuk pelengkung dapat dibuat dengan menggunakan kayu.
Bentang yang relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-struktur ini
umumnya berguna sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan
tidak dijepit.
LAMELLA
Konstruksi lamella
merupakan suatu cara untuk membuat permukaan lengkung tunggal atau ganda
dari potongan-potongan kecil kayu [lihat Gambar 8.9(l)]. Konstruksi yang
menarik ini dapat digunakan untuk membuat permukaan silindris berbentang
besar, juga untuk struktur kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan,
terutama pada struktur atap.
UKURAN ELEMEN
Gambar 8.10
mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk berbagai jenis
struktur kayu. Bentang "maksimum" yang diperlihatkan
pada diagram ini bukanlah bentang maksimum yang mungkin, melainkan batas
bentang terbesar yang umum dijumpai. Batasan bentang minimum menunjukkan
bentang terkecil yang masih ekonomis. Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas
tinggi untuk berbagai bentang setiap sistem. Angka yang kecil menunjukkan
tinggi minimum yang umum untuk sistem yang bersangkutan dan angka lainnya
menunjukkan tinggi maksimumnya. Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung
arti bahwa elemen struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai
tinggi sekitar 16 ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
Kolom kayu pada
umumnya mempunyai perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h) bervariasi
antara 1 : 25 untuk kolom yang dibebani tidak besar dan relatif
pendek, atau sekitar 1 : 10 untuk kolom yang dibebani besar pada
gedung bertingkat, Dinding yang dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai
perbandingan t/h bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.

8.3.1. Produk Alat Sambung untuk Struktur Kayu
a) Alat Sambung Paku
Paku merupakan alat
sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu. Ini
karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam
berbagai bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku
dapat dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku
ditunjukkan pada Gambar 8.11.

terhadap karat dan
noda. Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya
coating tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan
coating tersebut.

Ujung Paku. Ujung
paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki kuat
cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering
menyebabkan pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi
pecah pada kayu, namun karena ujung tumpung tersebut merusak serat, maka
kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku. Kepala
paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter sunk)
umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala paku ini umumnya
sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam dimaksudkan untuk
dipasang masuk – terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku
yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki kuat cabut yang
lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian halnya dengan
pengaruh kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban,
paku umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut
langsung setelah pembenaman. Jarak Pemasangan Paku. Jarak paku dengan
ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap tepi kayu harus
diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak
diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu,
dan tak boleh kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang
lebih kecil dapat dipasang kurang dari jarak tersebut.
Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum
yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap
serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL
(Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British:
pound) (8.1)
Dimana : P =
Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku
dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu
pada kadar air 12 %
D = Diameter paku
(mm, inch.)
Kuat lateral paku
Pada batang struktur,
pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk menerima beban beban tegak
lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan alat sambung tersebut
dapat dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu. Kuat lateral paku yang
dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati
dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban
lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang
tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat sambung
sekerup
Sekrup hampir
memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka
memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok
sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala
bundar. Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling
banyak ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar dipasang untuk
maksud tampilan–selera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian
benam, bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3
dari diameter benam. Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun
kuningan diberi lapisan/coating nikel, krom atau cadmium.
Ragam produk sekerup
dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12 berikut.

Kuat Cabut Sekerup
Kuat cabut sekerup
yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat (Gambar 8.13) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL
(Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL
(British unit: inch–pound)
Dimana:
P = Beban cabut
sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu
pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup
terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam
(mm,in.)
Kuat lateral sekerup
Kuat lateral sekerup
yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat
didekati dengan rumus yang sama dengan kuat lateral paku (persamaan 8.2)
Sekerup Lag (Lag
Screw)
Sekerup lag, seperti
sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar dan berkepala segi delapan
untuk engkol. Saat ini banyak dipakai karena kemudahan pemasangan pada
batang struktur kayu dibanding dengan sambungan baut–mur. Umumnya sekerup
lag ini berukuran diameter dari 5.1 – 25.4 mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang
dari 25.4 – 406 mm (1.0 – 16 inch).

Kuat Cabut Sekerup
Lag.
Kuat cabut sekerup
lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L
(Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L
(British unit: inch–pound) (8.4)
Dimana: P = Beban
cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu
pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup
terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam
(mm,in.)
Kuat lateral sekerup
lag dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
P = c1 c2 K D2 (8.5)
Dimana: P= Beban
lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang
tergantung karakteristik jenis kayu
(lihat Tabel 8.4)
C1= Faktor pengali
akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali
akibat pembenamam sekrup lag
(lihat Tabel 8.6)

8.3.2. Konstruksi Sambungan Gigi
Walaupun sambungan
ini sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena kemudahannya,
sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu sederhana di
Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Kekuatan sambungan ini
mengandalkan kekuatan geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu pada
penyelenggaraan sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan
bibir lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak tampang
sambungan gigi. Dua kekuatan tersebut harus dipilih yang paling lemah
untuk persyaratan kekuatan struktur.
P geser = τ ijin a b
(8.6)
Dimana : τ ijin
= Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
b = lebar kayu
a = panjang tampang
tergeser
P desak = ��
ijin b t (8.7)
Dimana : ��
ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung
b = lebar kayu
t = tebal tampang
terdesak

Hampir sama dengan
sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu, geser baut
atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan
panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang
menyebabkan desakan batang baut pada kayu tidak merata. Berdasarkan NI-5
PKKI (1961) gaya per baut pada kelas kayu tersambung dapat dihitung rumus
sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1
untuk λb = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 240 d2 (1 – 0.35
Sin α)
Sambungan tampang 2
untuk λb = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 – 0.6
Sin α)
S = 250 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 480 d2 (1 – 0.35
Sin α)
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1
untuk λb = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 215 d2 (1 – 0.35
Sin α)
Sambungan tampang 2
untuk λb = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 – 0.6
Sin α)
S = 200 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 430 d2 (1 – 0.35
Sin α)

Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1
untuk λb = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 170 d2 (1 – 0.35
Sin α)
Sambungan tampang 2
untuk λb = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 – 0.6
Sin α)
S = 120 d b1 (1 – 0.6
Sin α)
S = 340 d2 (1 – 0.35
Sin α)
Dimana : S =
Kekuatan per baut dalam kg
α = Sudut arah gaya
terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi
(cm)
b3 = Tebal tengah
(cm)
d = Diameter baut
(cm)
Masing kelas kayu
tersebut di ambil harga terkecil untuk mendapat jumlah baut dalam satu sambungan.
Untuk pemasangan baut, disyaratkan pula jarak antar baut dalam satu
sambungan. Dengan memperhatikan sketsa ilustrasi sambungan seperti Gambar
8.17, ketentuan jarak baut utama yang sering digunakan dapat dikemukakan
sebagai berikut. Ilustrasi secara lengkap diterakan dalam PKKI – NI (1961)

• Jarak antar baut
searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut
tegak lurus gaya dan serat = 3 φ baut
• Jarak baut denga
tepi kayu tegak lurus gaya dan serat = 2 φ baut
• Jarak baut dengan
ujung kayu searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut
searah gaya – tegak lurus serat = 3 φ baut
8.3.4. Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat geser
Produk alat sambung
ini merupakan alat sambung yang memiliki perilaku lebih baik dibanding alat sambung
baut. Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan peralatan
mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di Indonesia. Produk
sambung ini terdiri dari cincin dan dirangkai dengan baut.
Dalam penyambungan,
alat ini mengandalkan kuat desak kayu ke arah sejajar maupun arah tegak
lurus serat. Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang disambung
akan memberikan kekuatan yang berbeda. Produk alat sambung ini memiliki
sifat lebih baik dari pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat sambung
ini mendistribusikan gaya baik tekan maupun tarik menjadi gaya desak
kayu yang lebih merata dinading alat sambung baut dan alat sambung paku.

Jumlah alat sambung
yang dibutuhkan dalam satu sambungan dapat dihitung dengan membagi
kekuatan satu alat sambung pada jenis kayu tertentu. Tabel 8.7 menampilkan
besaran kekuatan per alat sambung terendah untuk pendekatan perhitungan.
8.3.5. Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector)
Alat sambung ini
sering disebut sebagai alat sambung rangka batang (truss). Alat sambung
ini menjadi populer untuk maksud menyambung struktur batang pada rangka
batang, rangka usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan
kayu. Plat sambung umumnya berupa plat baja ringan yang digalvanis untuk menahan
karat, dengan lebar/luasan tertentu sehingga dapat menahan beban pada kayu
tersambung.

Prinsip alat
sambungan ini memindahkan beban melalui gerigi, tonjolan (plug) dan paku
yang ada pada plat. Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21. Untuk
pemasangan plat, menanam gerigi dalam kayu tersambung, memerlukan alat
penekan hidrolis atau penekan lain yang menghasilkan gaya besar.





setempat atau pondasi
dinding menerus dari bahan pasangan batu atau beton. Pemasangan kolom
kayu selain memerlukan jangkar (anchor) ke pondasi
diperlukan penyekat
resapan dari tanah, baik berupa beton kedap atau pelat baja agar kayu
terhindar dari penyebab lapuk/busuk. Jika dipasang plat kaki keliling,
harus terdapat lubang pengering, untuk menjaga adanya air tertangkap pada
kaki kolom tersebut. Terlebih jika kolom tersebut berada diluar bangunan
yang dapat terekspose dengan hujan dan/atau kelembaban yang berlebihan.
Kaki kolom sederhana dengan penahan hanya di dua sisi seperti pada Gambar
8.23 sangat disarankan untuk memungkinkan adanya drainase pada kaki kolom.

Kolom kayu dapat
berupa kolom tunggal, kolom gabungan dan kolom dari produk kayu laminasi
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.24. Kolom gabungan dapat disusun dari
dua batang kayu atau berupa papan yang membentuk bangun persegi. Bentuk
lain adalah berupa kolom dari kayu laminasi. Kayu Laminasi merupakan kayu
buatan yang tersusun dan direkatkan dari kayu tipis.
Batang struktur kolom
dapat menerima beban dari balok, balok loteng, maupun beban rangka atap.
Untuk dapat menahan beban di atasnya dan terhindar dari tekuk sangat
disarankan dan sebisa mungkin menghindari pengurangan tampang efektif
kolom. Sambungan gigi umumnya mengurangi tampang efektif kolom
yang relatif besar sehingga tidak disarankan penggunaannya. Penggunaan
klos sambung mungkin akan cukup baik, namun akan menjadi mahal karena
menambah volume kayu
yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sambungan yang mendekati ideal dapat
menggunakan pelat sambung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.25.
Dengan penggunaaan alat sambung kolom dengan balok tersebut, pengurangan
tampang kolom yang terjadi hanya akibat lubang baut.

8.4.6. Konstruksi Balok
Pada bangunan gedung,
struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap, maupun gording.
Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu laminasi, atau
bentuk kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok dengan balok
perlu menghindari sambungan yang menerima momen yang relatif besar.
Karenanya sambungan balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur dudukan
atau mendekati titik dudukan. Dengan begitu momen yang terjadi pada
sambungan relatif kecil.

Balok sering dibebani
penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di bawahnya. Agar
pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di atas
separoh tinggi balok untuk menghindari sobek batang balok akibat
pembebanan tersebut. Penyelenggaraan beugel untuk penggantung sangat disarankan
untuk maksud tersebut.
Pada dudukan dan
sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan pengurangan tampang,
sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar 8.30 merupakan
contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan pada balok
utama/induk dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di bagian
atas untuk menghindari sobek
Kayu merupakan bahan
yang higroskopis, mudah mengembang atau menyusut oleh kadar air. Pada
pembuatan sambungan dengan bahan lain, misal plat baja, hindarkan sobek
batang struktur akibat sifat kembang dan susut kayu. Hal ini karena angka
muai baja dan kayu saling berkebalikan. Salah satu cara menghindari sobek
akibat kembang dan susut kayu adalah dengan cara memisah/memecah plat baja
seperti yang ditunjukkan Gambar 8.31. Cara lain adalah dengan membiarkan
tampang bagian atas tidak terkekang, yakni dengan menggunakan plat sadel
seperti Gambar 8.32.


8.4.7. Konstruksi rangka batang kayu
Struktur rangka
batang kayu umum digunakan pada bangunan rumah tinggal, perkantoran,
bangunan pertokoan, hingga jembatan. Rangka batang merupakan struktur
rangka yang disusun batang membentuk bangun segitiga dengan simpul / titik
sambung, dapat menerima beban struktur. Dengan susunan tersebut diperolehlah
struktur yang relatif ringan dan kuat pada bentangan yang lebih
panjang. Pemakaian rangka batang untuk struktur kayu
memungkinkan terbentuknya ruang terbuka yang luas dan partisi/penyekat
ruang dapat dirubah tanpa harus mempertimbangkan integritas struktural
dari bangunan. Alasan penyelenggaaran rangka batang antara lain:
(1) Sangat
bervariasibentuknya,
(2) Dapat menampilkan
keindahan khusus,
(3) dapat
melayani bentang relatif panjang,
(4) memungkinkan
kemudahan penyelenggaraan sistem instalasi layanan bangunan, misal
listrik, plumbing, maupun langitlangit,
(5) kompatibel
terhadap elemen struktur lain, misal beton, pasangan maupun baja.

8.4.8. Produk penyambung struktur rangka batang
Disamping digunakan
penyambung tradisional, sambungan gigi, paku maupun baut, penyambung plat
fabrikasi telah banyak pula digunakan, lebih-lebih untuk rangka batang
fabrikasi. Produk alat sambung terakhir merupakan alat sambung yang dapat
memberikan konsistensi hasil sambungan baik kekuatan dan kemudahan
penyelenggaraan secara masal. Penyambung plat ini mengandalkan gigi dan
tonjolan pada plat untuk memindahkan gaya dari dan ke batang kayu yang
disambung.
Gambar
8.35 merupakan contoh penggunaan plat sambung pada struktur rangka
batang kayu.
Rangka batang kayu
lemah secara lateral, sehingga sangat mungkin mengalami deformasi secara
lateral yang merusak sambungan pada saat mobilisasi dan atau saat ereksi
konstruksi. Karenanya tata cara penyimpanan, mobilisasi hingga ereksi
sangat memegang peranan penting agar plat sambung tersebut berfungsi baik
sebagai elemen penyambung struktur rangka batang kayu. Untuk penyimpanan
maupun penempatan, rangka batang kayu seharusnya diletakkan secara rata
dengan ganjal atau dengan cara berdiri dan dilengkapi dengan penyokong
(Gambar 8.36).

Di negara maju,
rangka batang kayu yang dibuat di pabrik telah dilengkapi dengan fasilitas
penggantung dilengkapi dengan petunjuk untuk mengangkat baik saat
mobilisasi maupun saat ereksi konstruksi. Terdapat beberapa cara, antara
lain: sudut tali pengangkat < 60 derajat, gunakan batang pembentang,
pengaku rangka untuk panjang rangka lebih dari 18 meter. Cara pengangkatan
struktur rangka ditunjukkan pada Gambar 8.37 berikut:

8.4.9. Konstruksi Struktur jembatan kayu
Sebelum abad 20, kayu
menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan kereta
dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas.
Struktur bawah terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk
menyangga struktur atas yang terdiri dari balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun
struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu
laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar,
ketersediaan ukuran kayu menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk
jembatam. Kalaupun ada, jembatan kayu merupakan jembatan sementara dengan
umur pakai dibawah 10 tahun.
Struktur kayu
laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan
untuk jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung
suatu sistem deck laminasi hingga bentangan 12 m – 30 m bahkan lebih.
Balok laminasi dapat membentuk suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan
jika dirangkai dengan batang tarik pengekang dapat membentuk suatu deck
laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung dapat dipakai untuk
memproduksi beragam jembatan yang indah.
8.4.10. Struktur pelengkung kayu
Struktur pelengkung
kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup lapang
pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar
terlebih saat teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini
disusun dari struktur tarikan di bagian bawah dan struktur tekan di bagian
pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa berbentuk lengkung atau lurus.
Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti payung. Sedangkan
jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka
atap dome akan menyerupai bola.
Sumber : www.Crayonpedia.org
Sumber : www.Crayonpedia.org